28•beranjak dewasa

212 9 0
                                    

Seorang gadis berjalan menyusuri tanah makam, dengan memakai kaca mata hitam yang seakan bisa menutup kesedihannya di balik kaca mata itu. Ia memakai baju berwarna putih dan kain yang menutupi rambut hitamnya.

Diam dan membatu, berjalan menunduk. Bibirnya terus menyebut kalimat Laa ilahaillalah. Sama seperti yang lainnya, beriringan dengan mereka yang membawa keranda sang mayit.

Dengan membawa banyak sekali luka masalalu yang ia tampung sendirian di bahunya. Bertanya pada tuhan kenapa sakit sekali rasanya? padahal orang yang baru saja di panggil oleh tuhan kan adalah orang yang pernah menyakitinya dulu.

Bukan, ini bukan tentang orang yang menyakiti gadis itu, tapi ini adalah tentang hubungan antara seorang ayah dengan putrinya.

Jauh di lubuk hati Almeera, ia sangat menyayangi Hasan. Walaupun hubungannya dengan Hasan tidak pernah baik setelah kejadian itu. Dan Almeera selalu menaruh kebencian pada ayah di sepanjang hidupnya.

Almeera berjalan, ia terus saja tanya-tanya pada tuhan, siapa seseorang yang sedang tertidur lelap di dalam sana?
Bibirnya seakan memanggil dan berteriak di dalam hati

Ayahhh...
tidakkah kau ingin kembali dan meminta maaf pada kami?
ayo bangun,
dan katakan kata maaf itu.
Maaf nak, ayah menyayanyimu.
atau,
maaf nak, ayah harus pergi
tapi kenapa kau pergi secepat ini ayah?
Kak Aaliyah, kenapa kak Aaliyah menangis?

Dhanes merangkul bahu Aaliyah yang membawa bingkai foto ayah. Begitu juga dengan bunda, yang berjalan beriringan dengan keempat adik Hasan

Dan dokter Fahri, ia berjalan beriringan di sebelah Almeera. Ia ikut mengantar ayah sampai ke peristirahatan terakhirnya.

Almeera berdiri di samping makam, ia menatap beberapa laki-laki yang baru saja selesai menutup tanah kubur itu. Rasanya sudah tidak bisa lagi mengeluarkan air mata sekarang.

Bunga-bunga sudah mulai di taburkan di atas tanah makam. Kenapa mereka menghiasi makam ayah? tidakkah mereka memastikan apakah ayah masih bernafas di dalam sana?

Bunda mengambil tangan Almeera, menyuruh anak gadisnya untuk berjongkok di sebelah makam ayah bersama dengan bunda dan Aaliyah.

Aaliyah masih saja menangis, tapi bunda tidak. Hatinya seperti malaikat, karena bunda yang Almeera kenal memang seperti itu. Selalu tegar menghadapi semua ujian yang di berikan oleh tuhan.

Bunda memberikan kantung plastik berisikan bunga tabur pada Almeera, ia sempat menolaknya. Tapi melihat Aaliyah menangis seperti ini membuat Almeera merasa tidak tega dengan Aaliyah dan bayi yang sedang di dalam kandungannya.

Selamat jalan, ayah...
Almeera mengantar ayah sampai ke rumah baru ayah...
ayah sudah bertemu dengan tuhan, ya?
bilang pada tuhan, Almeera bilang, tuhan tidak boleh mengambil orang-orang yang Almeera sayang lagi setelah ini.

Para pelayat sudah pergi meninggalkan makam. Sebelum mereka pergi, mereka sempat mengucapkan bela sungkawa pada bunda dan dua anak kapten Hasan.

Sekarang hanya tersisa bunda, Aaliyah, Dhanes dan dokter Fahri. Kenapa dokter Fahri tidak pergi saja seperti para pelayat yang lain?

Tak lama kemudian, datanglah seorang wanita memakai pakaian serba hitam dan kacamata yang senada dengan warna bajunya, ia baru saja datang dan menghampiri makam Hasan bersama dengan seorang anak laki-laki yang usianya sekitar sepuluh tahun.

Almeera menatap nanar wanita itu, ia seperti mengenal wanita itu dengan baik. Lalu Almeera menghampirinya untuk memastikan siapa wanita itu.

Antara Aku Dan NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang