48•do re mi

286 7 0
                                    

Sudah satu bulan Dhanes pergi meninggalkan Aaliyah, sudah satu bulan juga Almeera selalu memikirkan bagaimana kehidupan Aaliyah dan juga Alenia selanjutnya, tanpa Dhanes.

Surat peninggalan dari Dhanes yang selalu membuat Almeera kembali bimbang dengan keputusannya untuk menerima dokter Fahri sebagai suaminya.

Benar. Almeera tidak bisa egois, ia tidak boleh mementingkan dirinya sendiri. Ia juga harus memikirkan Aaliyah dan tumbuh kembang Alenia nantinya. Bagaimana jika Alenia tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah?

Almeera menangis di dalam kamar. Ia sudah berkali-kali mencoba bicara dengan Aaliyah, dan meminta Aaliyah untuk menikah dengan dokter Fahri

Tapi Aaliyah selalu menolak permintaan Almeera. Katanya, dia tidak ingin mengambil kebahagiaan adiknya sendiri. Melihat Almeera gagal menikah dengan Juna, membuat Aaliyah tidak ingin melihat pernikahan Almeera gagal untuk yang kedua kalinya, apalagi hanya karena surat peninggalan itu.

Hari ini, Almeera menemui Fahri di kantin rumah sakit, tempat Fahri bertugas. Mereka duduk berhadapan di salah satu meja yang jauh dengan keramaian.

Suasana menjadi canggung sejak satu bulan yang lalu. Fahri juga merasa kalau Almeera mulai menjauh darinya, padahal pernikahannya dengan Almeera akan di langsungkan beberapa hari lagi.

Almeera menundukan pandangan. Ia tidak berani menatap mata Fahri, perasaannya campur aduk, memikirkan bagaimana cara menjelaskan ini semua pada Fahri.

Sejujurnya, Almeera memang belum sepenuhnya lupa dengan Juna. Ia selalu ingat dengan bayang-bayang Juna. Walaupun mereka sudah tidak pernah bertemu lagi semenjak Almeera tinggal di rumah Aaliyah.

Benar kata mereka. Orang baru akan selalu kalah dengan masalalu. Dan Almeera tidak ingin egois, menjadikan Fahri sebagai pelampiasannya.

Almeera menarik nafasnya, mengumpulkan nyali untuk bicara jujur pada Fahri

"Pak dokter..."

Fahri tidak menjawab, ia hanya menatap lurus ke depan. Tatapan Fahri adalah kelemahan Almeera.

Gadis itu melepas cincin yang pernah di berikan oleh Fahri dengan hati-hati, kemudian ia mengarahkan cincin itu ke hadapan Fahri.

"Maaf..."- lirih Almeera. Ia memejamkan matanya, melepas cincin itu seakan melepaskan Fahri untuk pergi dari kehidupannya.

Fahri menarik nafasnya perlahan, ini adalah kali kesekian Almeera meminta agar Fahri menikah dengan Aaliyah. Tapi Fahri selalu menolaknya, Aaliyah bahkan sudah ia anggap seperti saudaranya sendiri.

"Sudah berapa kali saya bilang sama kamu, Almeera. Saya tidak mencintai Aaliyah, saya hanya mencintai kamu"

"Cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu, pak dokter. Benar kata kak Dhanes, cuma pak dokter yang bisa menggantikan kak Dhanes di hidup kak Aaliyah, dan peran seorang ayah untuk Alenia"

"Almeera. Berhenti bersikap seperti anak kecil. Itu cuma secarik kertas, lagi pula. Dhanes tidak tau kalo kita akan menikah, dia cuma tau kalo kamu mau menikah dengan laki-laki itu, bukan dengan saya. Kalau saja Dhanes tau calon suami kamu adalah saya, Dhanes gak mungkin menitipkan amanah pada saya seperti yang Dhanes tulis di surat itu"

"Bersikap seperti anak kecil? pak dokter, jangan cuma karena saya ingin menghidupkan dongeng saya, saya jadi menghancurkan dongeng orang lain. Pak dokter, ini adalah amanah yang harus di jalani. Dan saya gak mau merasa bersalah di sepanjang hidup saya"

"Cukup, Almeera! berhenti bicara seakan-akan kamu yang salah karena kamu mau menikah dengan saya"

"Pak dokter..."-lirih Almeera "Pak dokter harusnya mengerti posisi saya"

Antara Aku Dan NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang