15•luka baru

290 13 0
                                    

Sudah beberapa hari Almeera tidak melihat wajah Juna. Rasanya sepi sekali, ya. Padahal mereka sering sekali bertemu, tapi kenapa rasanya selalu rindu.

Almeera melihat beberapa lembar brosur yang ada di atas meja rias. Beberapa lembar kertas itu berisikan nama-nama universitas, dan salah satunya akan di pilih oleh Almeera. Ujian memang hampir selesai sebentar lagi.

Seseorang membuka pintu kamar Almeera. Wanita cantik memakai hijab berwarna krem, membawa laptop yang ada di genggaman tangannya. Pasti ingin merevisi skripsi yang belum selesai.

"Mau kemana, kak?"

"Biasa"

Aaliyah Shezan Benazir. Yang usianya dua puluh dua tahun, mahasiswi di salah satu kampus swasta yang berada di jakarta, ia mengambil jurusan ilmu komunikasi. Aaliyah mungkin akan lulus dan menjadi sarjana beberapa minggu lagi.

Almeera kadang iri dengan pencapaian Aaliyah sejak sekolah dasar, Aaliyah adalah anak yang berprestasi, hidupnya begitu tertata. Bahkan, kadang Almeera di tuntut oleh keluarga ayahnya untuk mengikuti jejak Aaliyah.

Aaliyah menghampiri Almeera. Ia mengambil salah satu lembar brosur kampus dari tangan Almeera "Jadi, lo mau kuliah dimana, dek?"

Almeera mengangkat bahunya, memberi arti tidak tau. Almeera bahkan belum mempersiapkan semuanya.

"Gimana sih? katanya mau jadi anggota dewan. Masa ngambil keputusan kaya gini aja gak bisa?"

"Iya, kan harus di lihat bener-bener, kak. Gak boleh asal, takut nanti nyesel"

Aaliyah sudah tunangan dengan Dhanes. Mereka sepertinya akan segera melangsungkan pernikahan beberapa bulan setelah Aaliyah lulus.

"Ya udah. Lo mending solat istikharah, minta sama Allah biar di kasih jalan yang terbaik"

Almeera mengangguk. Mereka berdua seperti langit dan bumi. Aaliyah sangat taat dengan ajaran agama. Almeera juga, tapi hanya sedikit. haha

"Lo mau revisi skripsi sama kak Dhanes, ya?"

Aaliyah mengangguk. "Kenapa memang?"

"Good luck. Calon Aaliyah Shahab Shezan Benazir S. IKom"

"Oh ya, dek. Menurut lo, temannya Dhanes yang sering ke sini itu gimana orangnya?"

Almeera mengerutkan dahinya. Teman Dhanes yang sering ia lihat di rumah hanya dokter Fahri

"Siapa?"

Aaliyah berdecek kesal "Itu loh. Fahri"

"Ya. Kenapa?"

Ekspresi datar yang di tunjukan oleh Almeera membuat Aaliyah kewalahan. Ia berpikir bagaimana cara mengetuk pintu hati Almeera agar ia tau kalau Aaliyah sedang berusaha untuk mendekatkannya dengan Fahri

"Ya menurut lo, dia ganteng kah? atau...?"

"Nggak. Biasa aja"

"Dek. Kayanya lo harus periksa mata deh besok"

Almeera diam beberapa detik "Memangnya kenapa? harus periksa mata segala"

"Gue takut mata lo mines, buktinya aja lo gak bisa bedain mana yang ganteng, mana yang biasa aja"

Almeera bukannya peka dengan perkataan Aaliyah, ia justru menunjukan senyum menyeringai "Ih. Gue aduin kak Dhanes ya"

"Kok lo jadi bawa-bawa Dhanes sih?"

"Ya abis, lo ngapain bilang kalo temennya kak Dhanes ganteng?"

Aaliyah berdecek kesal, ia pergi meninggalkan kamar Almeera tanpa menjawab pertanyaan Almeera.

Antara Aku Dan NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang