17•taruhan

255 15 0
                                    

Juna membawa Almeera ke tempat yang Almeera suka. Selain pantai, Almeera juga suka sekali melihat lampu kota jakarta yang menyala pada malam hari.

Mereka berdua sekarang berada di rooftop salah satu tempat yang memang sudah di siapkan untuk pasangan kekasih.

Juna memegang rahang wajah Almeera, memperhatikan luka itu dengan detail

"Sakit ya?"- tanya Juna "Berani sekali dia melukai kamu"

Bukannya menjawab pertanyaan Juna. Almeera justru menepis tangan itu dari wajahnya, hingga Juna meringis kesakitan

"Kenapa saya di pukul?"

Almeera diam, kemudian "Kenapa ingkar?"

Wajahnya sinis, tapi tangannya mengambil kapas dan juga alkohol. Almeera menekan kapas di atas luka Juna, tidak perduli mendengar suara Juna yang meringis kesakitan. Karena sepertinya ini adalah hukuman untuk orang yang ingkar.

"Mira. Kan sudah saya bilang, kalau si brengsek itu ganggu kamu, bilang ke saya"

"Mira kan tanya kenapa kak Juna ingkar, kenapa jawabannya keluar dari pertanyaan"

"Saya tidak ingkar, Mir. Saya tidak bisa lihat kamu di perlakukan seperti itu"

"Kak, Mira cuma gak mau kak Juna jadi ikut ikutan masuk ke dalam masalah Mira"

"Masalah kamu adalah masalah saya juga"

"Kak Juna..."

"Maaf"- kata Juna

"Untuk apa?"

"Ingkar"

"Almeera tidak suka kata maaf"

"Ya, Mira. Saya memang salah"

"Almeera juga tidak suka pengakuan"

Juna menghela nafasnya, hati Almeera mendominasi. Ia tidak bisa di tebak, Almeera melakukan sesuatu sesuai dari moodnya saja

"Lalu saya harus apa?"

Almeera menaikan bahunya "Gak tau"

Juna menatap luka Almeera dengan detail. Kebenciannya pada Daniel bertambah ketika ia melihat luka di wajah Almeera.

"Sakit ya? tapi lukanya sudah mulai kering"- ucap Juna. Almeera kembali menekan luka di wajah Juna dengan kapas berisikan alkohol

"Awh"- pekik Juna

"Jangan perdulikan orang lain. Lihat ini, apa ini belum cukup penting untuk kamu?"

Juna menggelengkan kepalanya "Kamu yang paling penting, Mir"

"Terus saja, berbicara dengan asal"

Juna tertawa, membuat Almeera menatap Juna dengan tatapan aneh "Mira. Saya sudah biasa dengan luka ini. Bahkan ini tidak seberapa, tidak separah luka saya waktu pendidikan"

"Memangnya kenapa?"

"Ini urusan laki-laki, Mira"

"Terus apa bedanya dengan perempuan? sama sama punya otak dan pikiran, kenapa laki-laki selalu menganggap dirinya itu seakan bisa menyelesaikan semuanya sendiri"

"Bukan begitu"

"Terus? apa kamu pikir laki-laki adalah ras terkuat, begitu? menganggap perempuan makhluk lemah?"

Ada apa sebenarnya dengan Almeera hari ini? kenapa pembicaraan mereka jadi keluar dari topik awal

Juna memegang pundak Almeera. Lalu tersenyum, tidak ingin melawan sikap keras kepala Almeera dengan egonya juga. Juna adalah laki-laki sederhana yang selalu sabar menghadapi sifat keras kepala Almeera

Antara Aku Dan NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang