5•tatapan mata mematikan

503 20 2
                                    

Dia si pemilik mata teduh, yang membuat aku tak pernah berhenti menatapnya

***

Adnan dan Juna berada di tempat biasa. Mereka berdua menunggu Almeera dan Zatira yang masih dalam perjalanan

Sudah satu minggu sejak Juna bertemu dengan Almeera, mereka belum bertemu lagi sampai hari ini. Mungkin karena Almeera dan Zatira baru saja menyelesaikan ujian di sekolahnya yang di langsungkan sejak satu minggu yang lalu.

Yang Adnan lihat dari raut wajah Juna, pria itu seperti gelisah, matanya melirik kesana kemari seperti mencari seseorang.

"Jadi gimana temanku, Ndan?"- ujar Adnan, berhasil membuyarkan lamunan Juna

Juna menarik nafasnya perlahan "Sudahlah, Nan. Jangan berusaha dekati aku dengan dia"

"Loh. Nggak salah kan kalau cuma kenalan saja? lagi pula, apa yang membuat kau gak mau kenal dengan perempuan cantik seperti Almeera?"

Juna menggelengkan kepala, ini adalah kali kesekian Almeera selalu menjadi topik pembicaraan mereka. Dan Adnan masih berusaha mendekatkan Juna dengan gadis itu

"Ya. Cantik memang, tapi dia galak, memangnya kau gak liat matanya selalu sinis kalau dia melihat aku?"

"Aih. Kau ini sedang membicarakan Almeera, atau sedang membicarakan dirimu sendiri? kau tuh sebenarnya sama dengan Almeera, sama-sama punya tatapan yang tajam. Melihat orang lain, seperti melihat target ada di depan mata kalian"

"Sudahlah, Nan. Aku sudah gak mau kenal dengan perempuan"

Adnan melihat Almeera di dalam diri Juna. Mereka berdua sama, sama-sama takut memulai hubungan karena trauma masalalu yang tak kunjung usai

"Ndan, coba kau pikir-pikir dulu. Mantan kau saja sudah tidak perduli lagi denganmu, kau ni orang baik, ndan. Kau juga tidak salah, kau hanya salah bertemu dengan perempuan seperti mantanmu itu"

Adnan benar. Juna terlalu setia dengan mantan kekasihnya. Tapi kesetiaan Juna telah di hancurkan ketika Juna melihat dengan mata kepalanya sendiri, perempuan yang ia cintai, lebih memilih mantan kekasihnya daripada Juna.

Padahal Juna sudah mati-matian memperjuangkan dia, tapi perjuangan itu seperti tidak berarti untuknya.

Almeera menghampiri Adnan bersama dengan Zatira. Tetapi Adnan tidak sendiri, ia bersama dengan seorang pria yang wajahnya belum terlihat.

"Nah. Ini dia"- kata Adnan, saat melihat Zatira dan Almeera berdiri tepat di belakang Juna.

Juna menoleh, tatapan Almeera juga berhenti pada Juna, sekilas sebelum ia menarik kursi kosong di sebelah pria itu.

"Gimana ujiannya?."- tanya Adnan, tapi sepertinya pertanyaan di tunjukan untuk Zatira

"Ya gak gimana-gimana"- jawab Zatira

"Susah?"

Zatira menggeleng "Ya, dikit"

Almeera mulai mengatur rencana untuk menggoda mereka berdua. Ia ingin membalaskan dendamnya pada Adnan karena pria itu sudah menggoda Almeera satu minggu yang lalu

"OMG. TBL kak Adnan, kok gue gak di tanya sih?"

"Aduh. Mir, tanpa gue tanya, gue udah tau jawabannya. Lo pasti kerjain ujian itu asal kan? gak pake mikir, sat set sat set. Lima menit, langsung kelar"

Almeera menyipitkan matanya. Adnan hampir tau tentang semua tentang Almeera, itu juga karena karena Zatira sering menceritakan Almeera pada Adnan, tentang bagaimana kelakuan Almeera ketika mereka berada di dalam kelas

Antara Aku Dan NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang