39•sah

384 11 0
                                    

Keesokan harinya. Almeera memutuskan untuk pulang ke rumah, meninggalkan Aaliyah bersama bayinya di rumah sakit. Karena dokter belum memperbolehkan Aaliyah untuk ikut pulang ke rumah.

Setelah menghabiskan lima belas menit berada di dalam toilet. Almeera baru saja keluar dengan memakai baju yang sudah di berikan oleh Zatira satu minggu yang lalu.

Baju itu sangat indah, berwarna lilac. Sangat cocok di kenakan di tubuh Almeera. Kemudian Almeera mengenakan make up tipis, dengan rambut yang ia sanggul.

Setelah selesai bersiap. Almeera menuruni anak tangganya ketika mendengar suara bel yang di bunyikan seseorang di luar sana. Kemudian Almeera membuka pintu masuk, mendapati seorang pria yang menggunakan baju yang seragam dengannya.

"Juna"

Juna tersenyum. Sementara Almeera diam beberapa detik, ia memperhatikan seluruh sudut rumahnya, kemana dokter Fahri? ia sudah janji ingin pergi ke acara Zatira bersama dengan Almeera.

"Hai. Ibu dewan"- pekik Juna, dia tersenyum

Kemudian Almeera membalas senyuman Juna.

Tak jauh dari sana, seorang pria menepikan mobilnya di dekat rumah Almeera. Pria itu melihat mobil sedan berwarna hitam yang terparkir di sana, kemudian ia membuka setengah kaca mobilnya

Melihat Almeera yang sedang berjalan beriringan ke arah mobil sedan berwarna hitam itu. Pria yang sedang bersama dengan Almeera bahkan membuka pintu mobil untuknya.

Dokter Fahri tersenyum. Walaupun di balik senyuman itu, ia menyimpan banyak sekali kebohongan. Salah satunya adalah berpura-pura bahagia ketika melihat Almeera bersama dengan Juna

Menurutnya, tidak ada yang lebih penting dari pada melihat orang yang ia cinta bahagia. Dan menurutnya, ketika dia mencintai seseorang, mau tidak mau dia harus rela ketika melihat seseorang itu bahagia dengan pilihannya

"Ibu dewan"

Almeera menoleh ke sumber suara

"Maaf..."

Almeera tersenyum, gadis itu memegang tangan Juna, ini bukan sepenuhnya kesalahan Juna. Almeera terlalu terbawa emosi kemarin, sehingga ia berbicara dengan ketus pada Juna.

"Ngga, harusnya Mira yang minta maaf sama kamu"

"Bukan itu, Mira... Tapi"

"Ya sudah, gak usah di bahas"

Juna menatap jalan yang ada di hadapannya. Sesekali menoleh ke arah Almeera, gadis itu sangat cantik dengan pakaian seragam dengan yang Juna kenakan. Almeera menoleh, memergoki Juna sedang manatapnya

"Kenapa liatnya begitu? memangnya ada yang aneh sama Mira?

Juna tersenyum, ia menggelengkan kepala "Ibu dewanku sangat cantik hari ini"

"Oh. Jadi cantiknya cuma hari ini aja ya? kemarin-kemarin engga?"

"Bukan begitu"

Mata Juna tidak pernah lepas menatap Almeera, ia tidak tau kapan pertemuan terakhirnya dengan Almeera. Tapi yang jelas, Juna hanya ingin menikmati sisa waktunya dengan Almeera sebelum ia menikah dengan Esmeralda.

Juna tau, Almeera akan membencinya ketika ia tau kebenaran tentang Esmeralda. Juna tidak bisa melakukan apapun, ia harus ikhlas dengan semua yang akan di putuskan oleh Almeera nantinya.

"Kak, kan sudah Mira bilang. Jangan liatin Mira kaya gitu, nanti Almeera salah tingkah"

Biarkan aku melihat kamu dari jarak sedekat ini, sebelum jarak kita sangat jauh nantinya.

Antara Aku Dan NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang