34•restu

184 9 0
                                    

"Ibu dewan"

Almeera menoleh, ia melihat Juna sedang fokus pada stir mobil yang ia kemudikan.

"Izin"

"Untuk?"

"Bertanya"

Juna, tidak berubah. Selalu meminta izin pada Almeera sebelum melakukan sesuatu.

"Iya. Izin di berikan"

"Pria tadi itu siapa?"- tanya Juna. Dia benar-benar tidak berubah. Dia masih sama seperti dua tahun yang lalu

"Oh. Itu pak dokter, beliau temannya kak Dhanes"

"Dia datang ke rumahmu?"

Almeera mengangguk

"Untuk apa"

"Gak tau. Tapi, dokter Fahri bilang kalo dia mau ajak Mira ke suatu tempat"

"Terus, kamu mau?"

Almeera menggelengkan kepalanya.

"Dia datang ke rumahmu hanya dengan tujuan itu? mau ajak kamu ke suatu tempat?"

"Gak"

"Lalu?"

"Dokter Fahri melamar Almeera"

Juna memberhentikan mobilnya secara tiba-tiba, hingga kepala Almeera hampir terbentur. Juna menarik nafasnya panik, lalu melihat ke belakang. Untung saja tidak ada pengendara lain di sana. Kemudian ia memegang wajah Almeera, memastikan tidak ada luka di wajahnya.

"Kamu ini kenapa?"

"Mira, dia datang melamarmu?"

Almeera mengangguk

"Terus kamu terima lamaran dia?"

"Ya ngga lah"

Juna kembali menghela nafas gusarnya "Kapan dia melamar kamu?"

"Satu tahun yang lalu, waktu kamu masih tugas di bengkulu"

"Lalu, bundamu bilang apa?"

"Terserah sama Mira"

Juna memeluk Almeera tiba-tiba, ia membawa Almeera pada dada bidangnya. Kemudian mencium kening Almeera. Juna sangat mencintai perempuan yang sedang bersamanya sekarang

Ntah apa yang akan terjadi dengan hidupnya jika Almeera mengetahui semua tentang Esmeralda. Tapi yang jelas, Juna tidak ingin meninggalkan Almeera.

Bagi Juna, Esmeralda hanyalah masalalu Juna yang kisahnya memang sudah berakhir. Tapi, tuhan seperti sedang menguji cinta mereka melalui Esmeralda.

"Kamu masih mencintai saya kan, ibu dewan?"

Almeera memukul tubuh Juna hingga ia meringis kesakitan. "Menurut kamu? dua tahun itu belum cukup untuk buktiin cinta Mira sama kamu?"

"Saya mencintai kamu, ibu dewan"

"Jangan panggil aku ibu dewan"

"Lalu, kamu ingin di panggil Mira saja?"

"Ih, kamu kenapa jadi lemot begini"

"Gak tau, mungkin karena saya terlalu banyak bergaul dengan Almeera"

Almeera tertawa "Aku ini calon istri kamu, kan. Jadi jangan panggil aku ibu dewan lagi"

"Nah. Bagitu kalo mah jadi istri Juna yang baik"

Juna kembali mengemudikan mobilnya. Almeera menyandarkan tubuhnya pada kursi mobil, lalu menatap wajah Juna di sepanjang perjalanan

Antara Aku Dan NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang