Alur - 4

498 334 64
                                    

Hari ini begitu panas sampai ia berkali-kali ganti baju dan mandi memakai baju yang tipis biar dingin tapi percuma masih saja panas. Ia pun keluar untuk melihat kondisi di terasnya yang lumayan besar. Cewek itu celengak-celinguk memperhatikan sekeliling rumahnya.

"Gue kira ada yang ngintip untung nggak ada," ujarnya seraya duduk di perumputan.

"Jarang sih gue kayak gini terakhir kali pas bocah-bocah," sambung Aloka mengingat kejadian waktu kecil.

"Kan dulu kita sering main kelereng," sambar seseorang tapi sangat ia kenal suaranya.

"Ray? Lo ngapain sih di sini bukannya ada satpam. Lo kok bisa masuk," celetuk Aloka kesal, bisa-bisanya cowok itu lewat semudah itu dari pengawasan Satpam.

Ray terkekeh. "Bukannya yang jadi Satpam itu bokap gue," balasnya terus terang tapi dapat tatapan datar dari Aloka.

"Terus kenapa?"

"Mudahlah gue masuk hahaa," balasnya terkekeh.

"Cantik lo kayak gitu, datar amat muka biasanya senyum kalo liat gue," ujar Ray percaya diri dan mengpede, Aloka langsung mensiniskan matanya sambil mengerucutkan bibirnya tanda kesal.

"Apa gue harus senyum sama lo terus gue kek orgil gitu? Big no, I won't do it that easily." Aloka tersenyum sinis melanjutkan duduk santai di atas rumput tapi Ray ikut duduk tanpa disuruh.

"Ishh apaan sih Ray malah ngikut-ngikut," cicit Aloka kesal mendorong pelan tubuh Ray.

"Ihhh apaan sih, gue kan mau ikutan," ejek Ray menirukan suara Aloka.

"Pak Giar," teriak Aloka memanggil seseorang.

"Ishh ini anak Bapak ngeselin," kesalnya.

"Kamu Ray."

Giar memberi tatapan sinis tapi di ketahui Aloka membuatnya iba.

"Nggak jadi deh Pak, aku mau main sama Ray aja nggak ada temennya." Aloka memberi senyuman tapi Ray terkekeh menguyel pipi cewek itu.

"Ray! Ishh gue tuh udah gede pipinya jangan di cubit tau nanti kalo di cubit-cubit pipi gue kek balon," kesalnya dengan nada tinggi.

Ray tidak berhenti yang ada menjadi-jadi. "Pipi lo yang paling gue suka jadi biar gue makan mau?"

"Aaaaaa Ray sakit, pipi gue lo gigit." Aloka meringis kesakitan tapi di balas dengan tawa renyah Ray.

"Jelek kek lo emang cocok di gigit," balas Ray.

"Bodo gue ngambek sama lo!"

"Jangan ngambek cantik," godanya mendekati Aloka, Ray tersenyum manis karena Aloka makin menggemaskan apalagi jika dia kesal.

Bibirnya tidak karuan lagi karena godaan cowok itu, tapi ia usahakan tidak ketauan.

"Dahlah sana lo!"

"Gue gak bakal lepasin lo, sekarang lo juga pacar gue," jelas Ray menjadi datar.

Aloka melayangkan tamparan tapi di tahan Ray, tatapan mereka bertemu. Sedikit rasa canggung namun Ray menyukai itu, belum sempat bertahan lama Aloka salting dia berusaha menahannya dan memilih memarahi Ray karena sudah membuatnya kesal.

"Argh Ray! Gue udah punya pacar, kenapa sih ngeyel banget." Aloka memutarkan badannya ke arah Ray.

"Lo pacar gue," ringkas Ray.

"Serah lo aja, kalo ketauan itu jangan salahin gue," tambah cewek itu meninggalkan Ray sendiri.

"LO BAKAL TETAP PACAR GUE! WALAUPUN KETAUAN GUE BAKAL REBUT LO DARI BRITA ALOKA!" teriak Ray menatap kepergian Aloka masuk dalam rumahnya.

Alora (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang