Tepat 16 tahun gadis cantik berkutat di dapur membuat sebuah pesanan seseorang, ia menghela napas panjang harus bersabar menghadapi pelanggan tiada henti.
Tangannya dengan lincah menekan mesin tersebut, Latte sudah ada di tangannya. Ia sebagai Waiters kadang-kadang akan ke dapur untuk membantu, langkahnya gontai menuju sesuatu tujuan pesanan seseorang.
"Selamat menikmati," ucapnya dengan bibir melengkung keatas.
Sangat cantik! Siapapun orang akan mengira gadis itu adalah seseorang yang lembut, selain itu pelanggan juga sangat menyukai pembawaan si gadis.
"Terima kasih Asta telah membuatkan Latte yang enak! Kamu selalu tau pesanan favoritku," seru seorang paruh baya yang sudah jadi langganan tetap.
Setelah melihat Asta lelaki itu selalu kesini karena mengingat anaknya seumuran Asta, gadis cantik itu tidak masalah karena nyatanya lelaki itu merindukan anaknya yang sudah berpulang.
Asta mengangguk senang karena semua usahanya pasti disukai orang-orang.
"Makasih Om! Asta pergi dulu ya, soalnya lagi sibuk banget."
Orang tersebut mengangguk, Asta melakukan tugasnya selain itu saat ini ia sedang mengambil beberapa piring maupun gelas kotor, sudah rutinitas sehari-hari bekerja sebagai Waiters walaupun begitu Asta juga bersekolah.
SMA Bimantara sekolah unggulan yang sangat sulit di masukin karena hanya orang pintar dan berduit, ayolah siapa yang tidak mau masuk SMA Bimantara? Mengingat orang tuanya bersekolah di sana, Asta meminta izin mengenang masa muda kedua orang tuanya.
Astraea Ariadne itu namanya, gadis cantik yang mengucir satu rambutnya terlihat leher jenjang dan mulus. Senyumnya bagaikan pelangi yang cerah, tidak ada yang bisa mengalahkan keindahan itu. Nama panggilannya adalah Asta karena kata Papanya kalo nama dia terlalu ribet sehingga dipanggil Asta.
Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore ia harus pulang karena hari ini libur sehingga meminta untuk bekerja di pagi hingga sore, Astraea memiliki Shift dan kadang meminta teman tempat kerja bergantian dengannya.
Astraea menaiki motor yang ia beli sendiri atas kerja kerasnya di Banana Coffe sekitar 1 tahun, Astrea bekerja sebelumnya memilih membantu kedua orang tuanya melakukan bisnis.
Saat di perjalanan pulang matanya tidak sengaja melihat sekumpulan orang-orang, anehnya tidak ada yang mau menolong orang tergeletak di jalan hanya beberapa dari mereka memilih merekam.
Astraea yang tidak tega turun. "Awas-awas, kenapa kalian cuma liatin aja?" Astraea bertanya dengan tidak suka, jelas semua ini tidak benar.
Tidak ada yang bersuara karena fokus mereka ke seseorang tersebut yang bersimbah darah, Astrea perlahan menatap punggung itu nanar. Seorang berambut merah terang, Astrea baru pertama kali melihatnya.
"Kamu gapapa?" Ia memegang bahu tersebut, lelaki menoleh dengan ekspresi datar tidak meringis terlihat dari wajah tersebut.
"Nggak usah pegang-pegang!" tepisnya membuat Astrea menatap aneh niatnya ingin menolong rasanya sia-sia.
Cara lelaki itu menjawab pertanyaannya membuat Astrea jijik, ia berdiri karena merasa malu. Wajar saja orang-orang hanya merekam ternyata laki-laki itu biang dari semuanya.
"Hah, kalo ditanya tuh jawab yang bener padahal gue mau nolongin lo! Luka lo udah parah gini, masih mau di sini? Gimana gue tolongin?" tanyanya masih memiliki hati walau nyatanya Astrea jengkel dengan lelaki itu yang menatapnya datar.
"Nggak usah sok baik, gue nggak butuh pertolongan orang-orang."
Astrea tertawa terbahak-bahak karena lelaki gila ini sangat aneh. "Nggak waras lo! Padahal orang-orang pasti mau nolongin tapi lo berkata nggak sopan, mana ngomongnya yang enggak-enggak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alora (End)
Teen FictionAloka Pioladria adalah cewek culun yang sering di bully karena cara berpakaiannya dan bisa di sebut kutu buku. Tapi semenjak perubahannya, semua orang menjadikannya pusat perhatian. Ray mendekati Aloka memeluk erat cewek itu. Brita terdiam, dia ing...