"Capek banget, Ya Tuhan!" keluh seorang cewek dengan napas terengah-engah sedang berlari di tengah lapangan bersama cowok bertengger kacamata.
Sebelum kejadian kedua pasang kekasih itu duduk berdua di satu kursi kelas termasuk Sulina dan Keo, mereka berdua bertukaran tempat duduk sehingga Ray leluasa memperhatikan gerak-gerik sang kekasih kesayangannya itu. Sekarang jam pelajaran Dermawan jelas di kenal sebagai guru paling di takuti tanpa peduli Ray dengan sengaja mengelus punggung Aloka membuatnya mengantuk.
"Tidur aja kalo ngantuk," bisiknya diam-diam di sadari Dermawan lagi menjelaskan.
Aloka juga tidak menolak tadinya menopang dagu menjatuhkan kepala di atas tangannya, wajah cantik saat tertidur sangatlah cantik sehingga fokus Ray hanya kepada Aloka.
Dermawan sudah menjelaskan berputar posisi menghadap arah murid tapi matanya membulat sempurna di mana kejadian seorang siswa sedang berpacaran di depan matanya.
"RAY, ALOKA! KALIAN BERDUA SEKARANG KELUAR!" teriak Dermawan sehingga seluruh anak kelas terperanjat kaget langsung mengarahkan tatapan kedua anak manusia itu.
Ray menyengir kuda merasa tidak bersalah masih mengelus punggung Aloka yang terlelap, Dermawan pun mendekat berjalan begitu lambat biar Aloka tidak terbangun.
Dengan jahilnya Dermawan mencubit hidung mancungnya, Aloka meronta-ronta minta di lepaskan hingga ia menepis tangan tersebut.
Aloka dengan kesal membuka matanya perlahan, ia menelan saliva tersenyum meringis kecil.
"Aduh, Pak saya tuh tadi nggak sengaja ketiduran loh."
Dermawan tidak menghiraukan ucapan Aloka, sedangkan anak kelas menahan tawa melihat ekspresi Aloka itu.
"KELUAR KALIAN BERDUA!"
"IYA, PAK AMPUN!" pekik keduanya bersamaan kocar-kacir keluar kelas.
Balik lagi ke kondisi di lapangan.
Bahkan raut wajah tampannya tidak ada rasa lelah sedikitpun, cewek cantik itu memutar mata malasnya sekeliling lapangan sedang bersorak kegirangan karena Ray mengedipkan mata menggoda.
"Nggak usah sok kegantengan jadi cowok."
Ray menoleh sambil berlari di sampingnya. "Cemburu?" tanyanya dengan nada menggoda.
Seketika wajah cantiknya cemberut masam langsung melongos lebih dulu berlari meninggalkan Ray tertawa kecil menggeleng pelan.
"Gemesin banget sih?" gumamnya tidak tertahan ingin sekali mengigit pipi Aloka suka mengembung dari jarak kejauhan.
Tanpa di sadari cewek-cewek di sekitar melihat senyumnya begitu manis hampir semua meleleh di tempat.
Ray mengejar Alora dengan siulan lalu berlari berbalik sambil mencubit pipinya yang gembul.
"Nggak usah cubit-cubit pipi gue, sialan!" umpatnya mendorong bahu Ray yang hampir tersungkur ke belakang.
Untungnya dengan sigap tidak terjadi apa-apa dengan Ray, setelah itu dia malah makin menunjuk sisi jahilnya.
"Sayang, kalo samudera aja bisa gue gapai apalagi lo yang Bidadari ada di samping gue ini," godanya tersenyum lebar lalu mengacak gemas rambut Aloka.
Wajahnya masam menepisnya kuat sementara siswi-siswi udah memekik tertahan dengan adegan romantis ala-ala drama.
"Nanti kita kerumah ya bakal gue kasih hadiah," bisiknya mencondongkan tubuhnya tempat di gendang telinga.
Satu alisnya menaik sebelah tanpa mengerti maksud kekasihnya itu tapi ia mengangguk setuju untuk mendapatkan hadiah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alora (End)
Teen FictionAloka Pioladria adalah cewek culun yang sering di bully karena cara berpakaiannya dan bisa di sebut kutu buku. Tapi semenjak perubahannya, semua orang menjadikannya pusat perhatian. Ray mendekati Aloka memeluk erat cewek itu. Brita terdiam, dia ing...