Alur - 21

45 26 6
                                    

"Naik-naik ke puncak gunung, tinggi-tinggi sekali," teriak Aloka mengarahkan lagu tersebut ke arah Sulina terlihat tersenyum aneh.

"Lo apain sih ngeliatin gue gitu amat!"

"Anu lo gede," ujarnya ambigu Sulina mendelik tajam menutupi bagian dadanya pake tangan.

Aloka tertawa puas menjahili sahabatnya.

"Punya lo juga gede bangsat bisa-bisanya lo mesum njir," balas Sulina melirik dada Aloka sekali-kali menaiki alisnya secara bergantian.

"Astaghfirullah, lo cewek jangan mesum punya lo juga ada!"

Dengan nada kesal tatapannya menajam seakan memakan mangsanya saat ini juga.

"Lo yang nggak waras mulai duluan tapi marahnya ke gue!"

Cewek itu terkekeh mendengar perkataan Sulina benar adanya. Aloka memulai duluan tapi ia juga yang marah jika di jahili balik tidak terasa hari sudah siang, seharusnya mereka berdua masuk ke kelas tapi memilih membolos dari jam 7 pagi sampai jam 12 siang tidak ada akhlak memang, entah pikiran mereka bisa begini apalagi Aloka lagi bosan belajar Fisika yang memusingkan, banyak rumus yang harus di pakai walaupun yang terjadi, rumusnya bakal berbeda dari soal yang di tanyakan.

Duduk di kantin sekolah tempat di mana mereka kunjungi untung saja tidak ada guru yang melihat mereka jadi bebas berkeliaran untuk jajan tidak peduli hal yang lain kalo di ingat-ingat Brita sekarang sudah berpacaran dengan Nayra, wajar jika cewek itu tidak pernah membullynya lagi.

Aloka tertawa meremehkan melihat pasangan aneh di sana.

Nayra tidak menghiraukan tatapan orang walaupun dulu dia sangat berobsesi dengan Ray tapi di lihat-lihat Nayra lebih cocok dengan Brita yang buaya darat.

"Mantan lo," senggolnya ke Aloka yang memutarkan mata malasnya.

"Terus urusannya sama gue apa?"

"Nggak ada sih," balasnya menggaruk tengkuknya tidak gatal karena respon Aloka tidak sesuai harapannya.

"Kalo aja lo cemburu gitu," lanjut Sulina mencubit pipi gembul Aloka.

"Sakit anjir jangan di cubit juga sayang, gue nggak bakal pernah cemburu sama sih setan kurang ajar, hidup gue udah bahagia sama Ray," ujarnya tersenyum-senyum sendiri.

Sulina bergidik ngeri dengan perilaku Aloka yang tiba-tiba tersenyum seperti orang gila.

"Ngeri gue sama lo jangan gila dulu,  gue nggak mau lo tinggalin gue," ucapnya menatap ngeri, tatapan Aloka menajam sejujurnya Aloka rindu Ray tapi ia bolos jadi belum sempat menemui kekasihnya.

"Diem nggak lo jadi lo mau gue gila hah?!" balas Aloka kesal, Sulina meneguk salivanya sekarang nyawanya terasa terancam.

"Iyalah, gue tunggu lo jadi gila," gumamnya pelan tapi masih terdengar oleh telinga Aloka.

"Apa lo bilang?"

"Nggak kok." Sulina berbalik badan berlari meninggalkan sahabatnya yang ada di kantin.

"SINI NGGAK LO! GELUD KITA! NGGAK ADA AKHLAK LO!" Aloka mendengus kesal, Sulina sudah berlari menjauh dari kantin membuatnya malas untuk mengejar balik.

"Awas aja lo!" teriaknya merucutkan bibir.

•••

Aloka dengan cepat berlari dari kejaran guru yang mengajarnya, ia tidak sengaja memecahkan jendela ruangan guru bukannya meminta maaf tapi Aloka kabur begitu saja, ia ketauan dari pihak guru yang tidak sengaja melihat cewek itu.

Dermawan selaku wakil kepala sekolah mengejarnya beberapa guru lainnya ikut mencari, Aloka terkekeh geli dan merasakan keringat bercucuran di dahinya dengan sekuat tenaga ia melangkahkan kakinya semakin cepat hampir di kelas 12, ia bersembunyi di balik pintu kelas 12 IPA 1 memang banyak yang menatapnya heran tapi mereka tidak menghiraukan itu.

Alora (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang