Pagi hari ini sangat berbeda karena Arta berpenampilan sangat berantakan yang di kira Aloka, pasalnya saat ia bangun hingga ingin sekolah. Tiba-tiba saja Arta datang dengan wajah sembab di tambah rambutnya amburadul tidak karuan.
Ingin sekali bertanya tapi Aloka bingung mengeluarkan pertanyaan yang berhubungan dengan diri sang Mama.
Sampai di ruang makan tidak ada sedikitpun pembicaraan hanya suara sendok dan garpu saling beradu, bahkan Arta hanya menatap lekat makanannya yang tersedia.
Sedangkan Aloka curi-curi pandang, setelah itu ia menghela napas bingung dengan semua ini.
"Kenapa kamu lihat-lihat saya?" tanya Arta menyadari perihal curi pandang tersebut.
Aloka gelagapan serentak menunduk merubah posisinya untuk memakan sarapannya itu tidak menyahuti perkataan Arta.
Hingga datang seorang lelaki duduk di sebelah dan mencium bibir sang Mama yang penuh dengan roti di mulutnya.
Aloka menatap benci pemandangan itu.
"Kenapa sih kamu?" Giar memandangi raut wajah Aloka. "Kalo nggak suka silakan sekolah sekarang."
Mendengar kata-kata itu menyadarinya satu hal kalo Giar mengusirnya seolah menganggu keromantisan kedua pasang manusia itu.
Matanya menyiratkan kebencian dan dendam, Aloka langsung gebrak meja kesal sehingga alihan mereka tertuju ke Aloka menatap tajam.
"Mama! Aloka janji akan membuat kalian tidak akan bersama," tekadnya meninggalkan Giar dan Arta tidak peduli.
"Anak kamu kurang ajar," ucap Giar tapi Arta hanya tersenyum tidak menyahut melainkan mengalungkan tangan ke leher Giar.
Tidak sampai ke situ mereka melanjutkan ciuman panas di ketahui Bi Ima secara diam-diam mengintip balik pintu.
Di lain tempat Nayra berduduk bersandar di kursi kerja, perutnya juga mulai membesar tidak membuatnya menyerah sekalipun.
Tapi beberapa waktu dia sempat bertemu dengan Brita yang berusaha mendekatinya saat berjalan ingin menuju kontrakan, jujur saja kalo Nayra takut betapa beruntungnya dia di tolong oleh Agev yang tidak sengaja melihat pertengkaran hebat itu.
Tanpa sadar dia menghela napas berat, Nayra akui selama ini dia jalani tidak ada masalah yang terasa berat karena di bantu Agev maupun dan lainnya.
Saat jam istirahat sekarang, Nayra lebih suka mengelus perutnya itu tersenyum hangat.
"Sayang, anak Mami cepat tumbuh besar ya? Harus jadi anak yang baik buat Mami jangan sekali-kali jadi bodoh karena pacaran sayang entar kejadian kayak Mami," pesannya kepada anak dalam perut walau tidak menyahut Nayra harap anaknya mengerti.
Istirahat sudah selesai, akhirnya Nayra melakukan kegiatan melayani orang-orang menjadi pelayan. Dia menyukai pekerjaan ini bahkan teman kerjanya tidak banyak bertanya tentang kehamilannya jadi secara garis besar Nayra sangat bahagia menjalani kehidupannya sekarang.
Setelah beberapa kali memberikan pesanan ke seseorang, pesanan kali ini tertuju kepada meja paling ujung dan betapa terkejutnya karena kali ini terlihat seorang yang sangat di kenalnya.
Keduanya berbincang tenang sekali-kali tertawa, Nayra bingung harus bagaimana karena keliatan Efta berusaha mendekatkan diri ke Ray dan cewek itu memegang tangan sambil mengenggamnya.
Tatapan Nayra tidak lepas dari kejadian itu.
"Silakan," ucapnya menaruh pesanan mereka.
Sontak keduanya berdongak orang itu yang tidak lain adalah Nayra, dia tidak berkata-kata hanya tersenyum kecil.
Menyadari itu kenapa mereka tidak sekolah?
"Tumben banget, kenapa nggak sekolah? Lo kan rajin Ray."
"Males aja sih pengen main keluar sama Efta, yaudah jalan jadinya," sahutnya terlihat wajah sendu di mata Nayra namun dia abaikan saja.
Malas untuk bertanya lebih lanjut.
Tanpa di sadari setelah kepergian Nayra, Efta sengaja berkata lebih lanjut yang membuat Ray membeku.
"Lo masih mau sama anak tukang selingkuh itu? Gue masih sayang sama lo, Ray. Gini deh lo balikan sama gue, dan lo pindah sekolah bareng gue tanpa sepengetahuan orang-orang kecuali guru. Gue harap lo bisa mikirin dengan matang, mau lo liat Ibu sakit terus karena banyak pikiran?"
Ray termenung diam tidak tau harus menjawab apa, dia juga berpikir begitu untuk tidak membuat Rara banyak pikiran. Ray takut jika Rara sakit lagi seperti waktu itu.
"Nanti gue pikiran." Hanya itu balasannya, Ray juga bingung berkata lain hingga mereka fokus dengan makanan di depan mereka tidak ada obrolan setelah itu.
•••
Di sekolah tepat di kelas 11 IPS 1, Aloka duduk berdua bersama sahabatnya Sulina. Sekarang ia khawatir tentang Ray, mengapa cowok itu tidak sekolah padahal ia sungguh rindu dengan kekasihnya itu.
Bahkan chatan di WhatsApp maupun semua aplikasi tidak satupun dibalas lebih gilanya sering tidak aktif, Aloka merasa ada yang aneh terjadi, atau ada hal lain membuat kekasihnya itu berubah secara tiba-tiba?
"Heh, kenapa lo ngelamun," ujar Sulina sengaja mengejutkan Aloka membuatnya terkaget.
Sulina terkekeh geli melihat ekspresi Aloka yang aneh tersebut, sempat Aloka ingin memukul kepala sang sahabatnya yang jahil.
"Apaan sih," jawabnya ketus merucutkan bibir maju beberapa senti.
"Baperan amat, Neng."
"Lo ngeselin," ketus Aloka akhirnya menoyor kepalanya.
Sulina yang hampir terjengkang menatap sinis Aloka tidak di pedulikan hingga Keo mendekat tersenyum jahil ke arah Sulina.
"Sayang kangen tau," cicitnya tersenyum lebar.
Semua anak kelas sudah beralih menatap kebucinan mereka berdua.
"Cieeee cieee."
"Kangen tuh, Sul."
"Cium atuh, kan kasihan Akang Keo."
Suara ledekan sangat jelas di telinganya sehingga Sulina menunduk malu dengan pipi memerah tomat, Aloka yang tidak sengaja melihat itu berdecih kesal dengan keromantisan keduanya. Aloka juga mau! Tapi Ray juga tidak sekolah hari ini.
Berpikir apakah Keo mengetahui keberadaan Ray lebih baik ia bertanya lebih dahulu.
"Lo tau Ray nggak di mana?"
Keo langsung menoleh ke arah suara tersebut. "Ray ya? Gue tau sih dia di mana, besok aja gimana nanti kita ke sana deh gue temenin."
"Serius?"
Cowok itu mengangguk mengiyakan, dia juga tau soal Ray ada di mana keberadaannya yang jelas dia akan menunjukkan tempatnya saat ini.
"Tenang aja, lo jangan khawatir dia baik-baik aja kok. Percaya deh sama gue!" Keo menyakinkan Aloka yang sudah gundah gulana, jujur karena kehadiran Ray sangat penting baginya.
Hilang sejam saja ia kepikiran apalagi seharian full begini.
"Gue percaya. Sul, gue izin bawa Keo besok buat nyari Ray."
Sulina mengangguk mengizinkan, dia juga tidak cemburu karena sahabatnya sendiri itupun juga punya pacar.
"Makasih ya! Gue harap Ray gapapa," ucapnya penuh harap menghembuskan napas lelah.
Hubungannya dengan Arta sudah hancur, ia takut jika Ray juga menjauh mengetahui perihal perselingkuhan orang tua mereka.
Aloka juga merasa bersalah tapi ini bukan ia melakukan tapi Mamanya.
TBC
Plot twist ye kan? Wkwok, gak nyangka nih selingkuh. Istighfar istighfar, astaghfirullah Arta anakmu butuh kasih sayang malah buat ulah!
Ye, esmosi diri ini.
Bye!Palembang, 27 Juli 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Alora (End)
Подростковая литератураAloka Pioladria adalah cewek culun yang sering di bully karena cara berpakaiannya dan bisa di sebut kutu buku. Tapi semenjak perubahannya, semua orang menjadikannya pusat perhatian. Ray mendekati Aloka memeluk erat cewek itu. Brita terdiam, dia ing...