Alur - 20

47 23 3
                                    

"Lo lupa hari ini?"

"LUPA APAAN ANJIR, GUE NGGAK TAU YANG LO MAKSUD!"

Suara cempreng Aloka bisa membuat telinga Sulina berdengung, pasalnya Sulina memberi tau hari penting tapi setengah-setengah membuat cewek itu kesal setengah mati.

"Hari itu, anu hari—" ucapnya terputus.

"HARI APA, LO KOK NGESELIN SIH?" teriaknya prustasi menatap kesal wajah sahabatnya.

Sulina terkekeh geli karena wajah Aloka benar-benar lucu saat marah setidaknya dia bisa menjahili Aloka saat ini, tepat di kamar Sulina berasal! Suara cempreng memenuhi seluruh ruangan.

Aloka mencabik bibirnya kesal, sahabatnya benar-benar membuatnya naik darah sembari duduk gelisah karena merindukan kekasihnya.

"Lupain yang tadi, gue kangen Ray," lirihnya menatap wajah Sulina sedang tertawa mengejek.

"Bucin amat lo!"

"Iyalah, gue kan udah pacaran dari pada lo gamon mulu sama Keo, hahaha," ledek Aloka seraya menjulurkan lidahnya.

Cewek itu menggerutu dalam hati ingin sekali dia buang ke rawa-rawa biar di ambil buaya tidak punya rasa kemanusiaan sekali otaknya! Tapi dia jujur juga masih sayang dengan mantannya Keo.

Ia merogoh ponselnya dalam tas yang di meja, dan mencari nomor kekasihnya tidak memedulikan perkataan sahabatnya yang asik mengoceh.

"Bangke lo! Gue dari tadi ngebacot lo kacangin gue!"

Aloka menoleh menampilkan gigi putihnya. "Cocok lo di diemin, kan lo badut," sarkas Aloka cekikikan.

Tidak terima, dia menarik Aloka ke kasurnya lalu menggelitik perut cewek itu.

"GELI PLEASE HAHHA, SIALAN! ANAK SIAPA SIH LO!"

"ANAK BAPAK JAMAL SAMA IBU JUBAIDAH," sahut Sulina tertawa puas karena Aloka mengeluarkan air matanya bahkan tawanya makin besar.

"MAMA, SULINA NAKAL HAHAHAA."

"SULINA STOP!" terisknya Sulina seketika menghentikan pergerakannya melirik Aloka masih menjaga-jaga kalo cewek itu ingin memulainya lagi.

"Stop Sul! Ishh, jangan deh!" lanjut dengan wajah cemberut.

Entah, ponselnya sudah ada di mana jelas sudah ada di atas kasur sih cantik Sulina tidak apa-apa jika rusak, ia bisa beli lagi yang baru asal jangan kehilangan Ray saja di hatinya.

Dengan cepat, Aloka duduk kembali seperti mula dan menunduk.

"Gue kangen Ray," ucapnya dengan nada sedih sementara Sulina memutarkan mata malasnya.

"BUCIN TERUS, BUCIN!"

"DARI PADA LO JOMBLO!" jawab Aloka tidak mau kalah.

"BUCIN ANAKNYA SETAN!"

•••

Sulina dengan cepat membaringkan tubuhnya di kasur size-nya menikmati alunan musik Telah Usai, hatinya rapuh mengingat kenangannya bersama Keo. Jika dia boleh jujur mungkin waktu itu putusnya hubungan mereka hanya karena hal sepeleh tapi mereka saling labil membuat hubungan tersebut retak, Sulina tidak merespon omelan sahabatnya itu yang mengicau bagaikan burung.

"Lo itu kenapa dari tadi diem aja hah?!" Aloka lalu membaringkan tubuhnya di sebelah Sulina menatap sahabatnya yang menyebalkan. "Gue ngebacot! Lo malah cuekin gue," dengusnya kesal.

"Hehe, lo ngomong apa sih Loka? Gue nggak denger," jawabnya tidak berdosa.

"Idih, lo itu galau ya?"

"Kalo iya, kenapa?" sahutnya masih betah menutup matanya sembari menghela napas panjang.

Alora (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang