Alur - 8

370 275 73
                                    

Jangan lupa vote and komen👍
Terima kasih yang masih betah membaca cerita aku 👍👍👍👍👍👍

°°°

Sudah seminggu anak baru di sekolah namun lama-kelamaan ia semakin dekat dengan Ray. Aloka melihat adegan itu kesal, ia tidak bisa apa-apa selain meremas tangannya sendiri sampai terluka karena terkena kukunya.

"Loka cukup! Tangan lo berdarah." Sulina yang melihatnya langsung menahan aksi Aloka yang selalu melamun dari matanya terpancar sakit yang mendalam.

Di ruang UKS adalah tempat di mana Sulina membawanya, ia tau jika Aloka selalu memikirkan Ray sedangkan dirinya berpacaran dengan Brita di balik jendela terlihat cewek cantik rambut terurai memakai jaket hitam sama halnya dengan Ray.

Aloka menghela napasnya gusar. "Bentar Sul, gue ngerasa ada yang liatin kita deh," bisiknya melihat keluar jendela.

Sulina tidak menoleh sedikitpun tapi ia mendengarkan ucapan Aloka, mereka sudah sekuat mungkin untuk merasa tidak aneh biarkan saja Aloka berbisik kepadanya.

"Efta ngapain lo ngintipin kita," ujar Aloka melihati langsung ke arah jendela. Cewek itu tiba-tiba terdiam, ia tidak bisa berlari sekarang karena namanya sudah di sebut oleh Aloka.

Ia memasuki ruangan bercat putih dengan nuansa seperti rumah sakit.

Efta sedikit gugup. "Gue cuma ngintip doang emang nggak boleh?" Dia menatap datar mereka berdua, Aloka hanya bergeming.

"Gue bolehkan sahabatan sama kalian?" tanyanya.

Aloka saling bertatapan dengan Sulina. Ragu, bingung bercampur jadi satu.

Tiba-tiba seseorang membuka pintu dengan kencang.

Brak

"Setan lo!" teriak Sulina kaget.

"ISHHH RAY LO KAYAK SETAN ANJIR," teriak Sulina dengan kesal mendorong keras tubuh yang berada di samping dirinya.

Sulina memukul lengan Ray dengan keras. "Lo kali kayak anjir, gue itu kayak pangeran," pujinya tanpa melirik Sulina.

Efta tersenyum memperhatikan Ray yang sangat menawan, Sulina mual mendengar perkataannya ingin sekali dia muntah di depan wajah Ray yang menjijikkan.

"Lo ganteng." Efta mendekati Ray bermesraan memegang erat tangan dengan manja.

Seketika Aloka muak dengan ruangan itu ia berdiri namun nahas tangannya di tarik cepat oleh Ray terlihat bekas luka yang sangat banyak, dia meniup pelan tangannya. Efta sedikit kesal dia tidak memperlihatkannya melainkan mendiamkan mereka berdua, tangan yang masih berpegangan di lepas pelan oleh Ray, dia memilih memegang tangan Aloka yang terluka.

"Tangan lo kenapa?" tanya Ray khawatir yang berubah cara bicaranya lembut, Aloka terdiam mendengar tuturan Ray yang berbeda.

"Jadi setan gue lama-lama, cinta segitiga!" sindir Sulina, mereka langsung menoleh ke arahnya Sulina hanya tersenyum cengengesan.

"Apa kalian liat-liat, cantikkan gue," tambahnya.

Aloka tetap diam langsung melihat tatapan lembut Ray ke arah tangannya yang sangat telaten meniupnya, Ray dengan sigap mengambil P3K di lemari obat.

"Lo jangan banyak gerak," perintah Ray kepada Aloka yang hanya mengangguk menurutinya.

"Panas ya," ujar Efta tiba-tiba cari perhatian tapi tidak ada yang memedulikannya.

"Panas banget karena adanya lo makanya gerah," balas Sulina menjulidi Efta.

"Apaan sih nggak jelas."

"Lo yabg nggak jelas!"

Alora (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang