Alur - 18

62 30 2
                                    

"Lo kemana aja sih Loka udah jarang banget ngajak gue jalan," kesalnya menghela napasnya gusar.

"Nggak gitu juga Sul, gue sekarang hm ...."

"Jangan bilang lebih sering habisin waktu dengan Ray?" tebaknya Aloka menggigit bibir bawahnya karena tebakan Sulina membuatnya tremor.

"Anu ...."

"Elah, bilang aja kalo iya," sarkasnya menatap wajah Aloka dari samping, mereka duduk di kelas hanya dua orang di sana sedangkan yang lain sibuk ke kantin jam istirahat telah tiba.

"Kalo iya kenapa?"

"Bucin amat Mbak hahaha, sama gue kapan kita bareng ke mall kek."

"Nggak bisa, dia bakal bareng gue nanti," sahut cowok tinggi yang duduk di depan meja menghadapi mereka berdua.

"Budak bucin lo lama-lama Ray, gue juga kali mau main sama dia."

Ray mendelik memperhatikan raut wajah Sulina yang sangat kesal. "Nggak bisa, kita mau jalan-jalan nanti terus ke kamar buat anu hm ..., " ujarnya menjeda yang ambigu.

"Ayo mau ngapain, anu anu. Jangan-jangan lo udah?"

Sulina menatap insten satu-persatu dari mereka berdua melirik dengan curiga.

"Apaan sih Sul, gue sama Ray cuma jalan-jalan terus nih bocah kadang hehe," balas Aloka dengan cengiran tidak bisa melanjutkan ucapannya.

"Kalian berdua, suka banget nyembunyiin sesuatu kesel gue," cibirnya mencabik bibir sembari bersedekap dada memalingkan wajahnya ke lain arah.

"Jangan ngambek dong nanti bareng Keo deh," goda Aloka menoel pipi Sulina.

Rasanya kesal dia harus tetap konsisten untuk tidak memaafkan Aloka. "Ngambekan bocah," sahut Ray.

"Maaf ya kalo gue seringnya bareng Ray, namanya juga cinta," ucapnya melirik Ray sebentar yang tersenyum bahagia mendengar ucapan Aloka.

"Bucin jangan di sini ya Mbak."

"Nanti gue kasih tau Keo deh Sul." Aloka mengeluarkan benda pipinya mencoba mencari kontak Keo di ponselnya.

"Nggak usah, gue udah putus sama dia," lirih Sulina berubah menunduk.

"SEJAK KAPAN?" teriak keduanya serempak kalo ucapan Sulina membuat mereka benar-benar kaget.

•••

Kondisi lapangan sekarang di penuhi oleh kelas yang olahraga seperti sekarang lebih tepatnya kelas XI MIPA 2 di mana mereka sedang duduk santai sementara  beberapa murid lainnya bermain.

Ray yang main basket tidak ada satupun melihatnya kecuali Aloka, Keo dan Sulina. Apa karena perubahannya? Dia tidak peduli soal itu, dia hanya senang jika sahabatnya tetap ada di sampingnya saat orang lain menjauhinya.

"Gue nggak tau ya, dia kenapa ganteng ya Sul," puji Aloka melihat Ray bermain basket beberapa kali memasukkan dalam ring.

"Dia jelek," godanya tersenyum jahil memperhatikan wajah Aloka berubah masam.

"GANTENG SUL! GANTENG!" tekan Aloka merucutkan bibirnya.

"JELEK LOKA, JELEK!" ucapnya mengejek cowok itu.

"GANTENG!"

"JELEK!"

"Udah woy, gue cium juga nih," teriak cowok berkeringat membasahi bajunya bahkan pelipis.

Aloka tertegun karena wajah tampan Ray sangat menggoda imannya walau kaca sedikit turun tapi tidak membuat ketampanan Ray menurun.

"Nggak usah liat kayak gitu juga kali Loka."

Alora (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang