Alur - 43

36 18 2
                                    

Seharian full always dalam kamar, Aloka seraya menikmati kesendiriannya. Namun hatinya tidak tenang karena Arta sudah lebih beberapa hari tidak pulang, kadang ia mengecek JPS ponsel terhubung dengan Arta. Aloka tertegun karena tempat yang di tuju Arta adalah sebuah club' Jakarta pusat yang banyak di penuhi berbagai kaum.

Aloka tidak tenang dengan semua ini, sebenarnya Aloka ingin mengajak Ray tapi pikirannya tertuju tentang masalah keluarga ia alami. Sekarang dengan Hoodie sweater rajut di tambah dengan celana panjang lebar terlihat anak rumahan tidak pernah kemana-mana, ia berinisiatif pergi bersama Agev saja.

Jelas itu sudah di pikirkannya sejak beberapa jam lalu dengan langkah gontai menaiki sebuah mobil mewah milik Agev yang tertampil sebuah jas hitam legam di tambah rambut begitu elegan.

Tampilan kali ini bahkan membuat Aloka tercengang, apa boleh buat Aloka berpikir jika Agev hanya ingin memamerkan jika dirinya seorang cowok dewasa.

Saat ini mereka sudah sampai di tempat club' Jakarta sekitar jam 11 malam, suasana dingin menyelimuti kedatangan mereka.

Di depan pintu Aloka langsung menyodorkan KTP jika ia sesuai umur 17 tahun dan sebaliknya. Jantung Aloka berdetak lebih cepat langsung tertuju ke sebuah meja bundar yang di keliling banyak laki-laki menghimpit satu wanita cantik walau di makan umur tapi kecantikan wanita itu tidak bisa di abaikan.

Jujur sekali jika Aloka sangat kecewa melihat seorang wanita duduk di atas pangkuan seorang lelaki sangat di kenalnya, tapi ia berusaha tegar untuk mendekatinya.

Semua orang tertuju kepada Aloka, Agev mengikuti dari belakang hanya untuk menjaga biar tidak ada siapapun menganggu mereka.

"Mama?" panggilnya dengan suara lirih, ia tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi.

"Ayok kita pulang, Loka ada hadiah buat Mama tapi jangan gini lagi ya?" bujuknya sesaat Arta menoleh namun di abaikan saja bujukan anak satu-satunya itu.

Aloka menghela napas berat menghampiri keduanya menggenggam tangan Arta dengan lembut.

"Siapa kamu? Saya tidak pernah kenal kamu, hahahaa," jawabnya dengan tawa sarkas.

Sekian kali Aloka menghela napasnya, ia bingung mengajak Arta pulang karena keadaan sedang tidak baik-baik saja. Bahkan banyak orang sudah memperhatikan interaksinya dengan sang Mama.

"Nggak, nggak mau pulang," racau Arta melingkarkan tangan ke leher lelaki itu. "Aku maunya sama kamu, sayang."

"Please kita pulang ya, Ma? Aku nggak mau Mama gini terus, aku sayang Mama dan ini demi kebaikan Mama jadi nurut ya sama Loka?"

Aloka berusaha membujuk namun tidak membuahkan hasil, Aloka tersentak di mana Arta menarik tangannya dengan kuat untuk melepaskan diri dari genggaman Aloka dan menatap sinis anaknya sendiri.

"Pergi sialan! Saya sudah bilang kalo saya tidak mau pulang jadi jangan memaksa kehendak kamu!" Arta membentak Aloka di depan banyak orang seiring suara tinggi itu, Aloka bergeming di tempatnya dengan tubuh bergetar, ia sangat tidak kuat dengan bentakan yang diberikan oleh Arta. 

Dengan berat hati ia membalikkan badan, pandangannya tertuju pada Agev masih sigap di belakangnya tanpa kata-kata langsung memeluk erat tubuh tegap Agev yang bergeming.

Agev menyadari membalas pelukan mengelus punggung rapuh Aloka. "Kita balik aja ya? Lo pasti capek banget hari ini biarin aja Mama lo ada di sini, lo juga udah berusaha yang terbaik jadi anak."

Pelukan ia uraikan mendongak menatap wajah teduh Agev tanpa suara mengangguk menerima uluran tangan Agev yang tadi sudah berdiri di sampingnya.

"Jangan lemah, Mama lo masih di dalam masalah berat. Gue yakin nanti dia akan keluar dari tempat ini, pastikan Mama lo berada di sisi lo nantinya. Dia akan sadar jika waktu telah tiba."

Alora (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang