Alur - 36

33 13 6
                                    

Sekarang matahari mulai meredup terlihat orange, ketiga anak manusia sedang berkeliling komplek. Nayra hanya mendengus kesal di mana dia harus menjadi obat nyamuk dalam hubungan kasmaran apalagi Aloka dan Ray saling bertautan tangan dengan romantis.

Matanya begitu malas melihatnya, ingin sekali memutuskan genggaman itu ditambah keduanya seperti anak ABG baru jatuh cinta dengan pipi Aloka memerah karena Ray terus-terusan menggodanya.

"Lihat deh senja indah banget kek lo."

Aloka memalingkan wajah setelah pertengkaran siang hari membuat keduanya makin lengket, Nayra lagi-lagi menghela napas ke sekian kalinya.

"Jangan aneh-aneh deh, malu tau Ray," cicitnya menggigit bibir bawah menahan senyum.

Tapi ia juga mendorong pelan Ray di sebelahnya, Nayra sudah mencibir perilaku keduanya. Hawa makin menjadi-jadi saat Ray menarik tubuh mungil Aloka dalam pelukan.

"Sayang banget sama lo, gimana kalo kita nikah sekarang?" ajak Ray serius terlihat begitu aneh di mata Nayra.

"Kita masih sekolah," gumamnya pelan dengan pipi merah tomat.

Nayra sudah panas membara di buatnya.

"Diem lo berdua, jijik tau nggak."

"Iri bilang," sahut mereka bersamaan saling menoleh ke belakang.

Sedangkan Nayra terperanjat kaget dengan wajah tidak karuan, spontan kedua pasang kekasih tersebut tertawa terbahak-bahak.

Bahkan dengan menggandeng satu sama lain meloncat-loncat kegirangan, Nayra hanya bisa mengelus dada berusaha sabar.

"Awas aja lo berubah," teriaknya kesal sambil berkacak pinggang.

Keduanya menoleh menjulurkan lidah mengejek.

Setelah beberapa menit berkeliling tanpa sengaja Nayra merasa ada seseorang berjalan mendekat ke arahnya, kali ini dia menghembus napas lelahnya, siapa lagi sekarang?

"Eh, itu apa sih ada yang jomblo, kasihan banget," ujar seorang cewek cantik mengibaskan rambut.

"Iya, kasihan ya kasih duit nggak sih? Mbak, mau seribu ya?" Sedangkan sang kekasih ikut menyahut pacarnya itu.

Di belakang mereka berdua terlihat seorang cowok tampan hanya memasrahkan diri, apalagi sekarang kenapa jadi seperti ini?

"ITU YANG PACARAN YANG DI DEPAN ISTIGHFAR YA," pekiknya nyolot dan Aloka maupun Ray menoleh berhenti.

Mereka berdua sama-sama memberi jari tengah dengan polosnya.

"Astaghfirullah," katanya mengelus dada tanda sabar.

"Namanya setan kalo udah begitu harus di ruqyah."

"Benar itu Keo tapi lo mirip sih sama setan di bandingkan perilaku mereka." Sulina terkekeh geli melihat wajah kusut Keo sudah berubah masam.

Cewek cantik itu menggoda pacarnya itu sudah kempas-kempis naik turun dadanya.

"Rai kalo lo mau pacaran tuh," tunjuk Sulina ke Nayra yang diam-diam saja. "Kasihan nggak laku," ledeknya penuh tawa.

"Enak aja lo! Gue cantik gini di bilang nggak laku."

"Tapi emang lo nggak laku, buktinya mana pacar lo itu? HAHAHAA," ledeknya makin menjadi-jadi. "Gue kasih tau ya, lo lebih baik sama Agev aja dia butuh belaian asal lo tau."

Sedangkan yang di gibahin melotot tidak terima ke arah Sulina.

"Lo tau nggak anjing? Sifat lo kek anjing," umpatnya ingin menjitak tapi di tahan Keo malah membalikkan jitakan ke Agev.

Alora (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang