Ending Happy - Sad?

80 21 2
                                    

Seiring dengan waktu Aloka menikmati harinya dengan melamun, hidup dijalani juga tidak begitu menarik, ia hanya mengikuti semua kemauan Bi Ima sekarang yang sudah di anggap keluarga sendiri.

Bahkan ia meminta untuk pergi dari sini dan menetap di desa tempat asal Bi Ima.

Untunglah Bi Mina setuju, setelah melahirkan anaknya, mereka akan pergi ke sana untuk meninggalkan rumah dari kecil Aloka tinggal, banyak kenangan di mana Mama dan Papanya selalu memberikan kasih sayang lebih. Di tambah cowok paling banyak memberinya perhatian sekarang tidak berada di sampingnya lagi.

Kesalahan itu memang besar, Aloka juga tidak bisa menyalahkan Arta karena dia juga sudah meninggal.

Selama melewati hari-hari kelam, hari ini Aloka akan melahirkan. Bi Ima orang pertama juga panik, untungnya ada beberapa warga siap sedia menolong. Rumah sakit terdekat, Aloka akan di bantu Dokter maupun Suster.

Bi Ima yang menggendong anak majikannya mengelus punggung tersebut biar tidak menangis lagi karena mengetahui kepanikan terjadi membuat anak kecil tersebut bisa merasakan.

Di dalam ruangan operasi Aloka berjuang keras untuk mengeluarkan seluruh tenaganya, hanya inilah yang bisa ia lakukan. Aloka tidak pernah terbayangkan melahirkan anak di luar nikah.

"Ayok tarik napas lalu keluarkan secara perlahan," instruksi Dokter tersebut.

Aloka mengikutinya sampai-sampai mencengkram erat tangan Suster di samping, untunglah Suster itu tidak marah sama sekali.

"Sekarang Ibu harus lebih kuat lagi dorongnya."

"Bentar lagi keluar!" seru Suster di sampingnya sambil meringis kecil harus dia tahan.

Hingga akhirnya kebukaan terakhir, suara tangis anak kecil menggema di ruangan. Aloka tersenyum tipis, sungguh tenaganya sangat terkuras habis. Dokter tersebut menaruh bayi mungil di samping Aloka, dan berkata, "Selamat, Bu. Anaknya laki-laki semoga di kasih keberkahan nantinya."

Aloka mengangguk saja enggan berbicara, ia juga tidak sanggup lagi untuk melakukan apapun. Hanya suara tangis anak kecil itu benar-benar membuat Aloka bahagia, ia bahkan berpikir untuk membesarkan kedua anak kecil di dekatnya sekarang.

Hati mungilnya menangis mengingat memori beberapa bulan lalu mengalami pemerkosaan tapi kali ini rasa hancurnya terbalaskan melihat anak lahir mirip dengannya.

"Mommy yakin kamu jadi anak yang kuat," gumamnya memperhatikan gerak-gerik bayi mungil itu seakan mencari sesuatu.

"Sini saya bantu, anak Ibu butuh asi," ucapnya memiringkan pelan tubuh Aloka.

Walau rasa sakit masih ada tapi ia berusaha kuat demi anaknya.

"Saya butuh minum, Sus."

Secepat mungkin Suster yang menyodorkan botol berisi air minum kandas habis detik itu juga, rasa hausnya hilang begitu saja karena benar-benar kering tenggorokannya.

Para Suster menjaga tersenyum hangat, kejadian ini sangat membahagiakan semua orang di sana termasuk Dokter membantu melaksanakan hal lainnya.

Suasana berbeda terjadi karena mereka sedang mengadakan pesta pernikahan, Ray menggunakan jas hitam dan berpenampilan rapi membuat sepasang mata cewek-cewek cantik menjadi genit.

Kadang Efta sudah menatap sinis mereka semua hampir dari mereka memekik tertahan melihat begitu tampan Ray saat ini.

Pernikahan kali ini adalah pernikahan Sulina dan Keo, mereka melakukan ini juga meminta restu kedua orang tua walau masih sekolah tapi jasa tutup mulut sudah dikasih begitu besar jadi tidak akan kemungkinan tersebar luas.

Alora (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang