Alur - 3

552 353 87
                                    

"Sayang lo gapapa?" tanya seseorang menghadap cewek itu.

"Apaan sih sayang sayang. Pacaran kagak kok panggil sayang," kesalnya membenari omongan cowok di depannya.

"Mulai sekarang lo jadi pacar gue lah," tegasnya. Ia pun berdiri ke depan kelas menghadap semua orang.

"Woy dengerin gue ya mulai detik ini, jam ini, di kelas ini. Gue nyatakan bahwa Sulina adalah pacar gue," tutur cowok berbadan tinggi tegap.

"Keo sembarangan aja, gue kan nggak bilang kalo kita pacaran," tolak Sulina kesal tingkah cowok itu.

"Gue nggak nerima penolakan dari lo walaupun nolak aja, lo tetap pacar gue," balasnya tidak kalah sengit.

"Gak adil!" Sulina berdiri tapi di tarik Keo dari tangannya membuat mereka saling bertatapan. Hati Sulina merasakan kehangatan yang tidak pernah ia bayangkan bahkan jantungnya tidak karuan. Perasaan apa ini?

"Cuwittt."

"Selamat buat kalian berdua!"

"Romantis banget gila."

"Masih gue pantau Sulina, nanti kalo lo nolak biar gue aja yang gantiinnya."

"Pj nya jangan lupa!"

Aloka tertawa puas dengan cara Keo menembak Sulina sangat romantis.

"Jangan lupain gue ya Sul," teriak Aloka menyoraki mereka berdua.

Ray tersenyum memperhatikan Aloka, ia tidak memedulikan mereka yang lagi ribut jelas-jelas ia hanya ingin melihat Aloka. Ray mendekati cewek itu dengan senyum sumringah. Ia memegang erat tangan Aloka membuat semua orang memperhatikan mereka menjadi pusat perhatian.

Ray berlutut di depan Aloka dengan penghayatan. "Lo mau jadi pacar gue?" tanya Ray dengan berharap di terima.

"Ray lo apaan sih, g udah punya pacar," tolak Aloka terangan-terangan. Ia berbalik melangkahkan kaki ingin pergi namun ditahan oleh Ray.

"Gue sayang lo." Ray memeluk erat Aloka, ia terdiam bingung kenapa keadaannya makin sulit.

"Terima aja kali."

"Ayok Aloka, nggak kasihan sama Ray."

"Beruntung banget banyak yang suka!"

"Punya pacar dua nih."

Hati Aloka bingung, ia mendorong kuat Ray membuatnya sedikit tergeser oleh cowok itu.

"Maaf Ray, gue udah punya pacar," balas Aloka dengan teguh. Ia memilih pergi di bandingkan melihat kejadian ini terulang kembali.

•••

Terasa sakit hatinya jika mengetahui rasa cowok itu. Kenapa baru sekarang ia mengungkapkan? Padahal waktu itu di saat dia masih cupu tidak ada satupun menyukainya, ia merasa mereka semua orang hanya memanfaatkan dirinya.

"Argh kenapa sih! Semuanya berbanding terbalik yang gue rasain waktu dulu," teriaknya frustasi. Ia melihat langit-langit yang tenang tapi pikirannya tidak mengarah ke sana.

"Lo capek ya? You don't have to be sad, I'm ready to be here with you okay?" tutur cowok tinggi dan tersenyum seraya mengelus pipinya yang basah.

Ia menarik tubuh mungil ke dalam dekapannya. "Gue tau lo capek Aloka," ujarnya lembut.

"Brita, makasih lo selalu ada saat gue gini," balas Aloka menangis pelan.

"Sakit ya?"

Aloka hanya mengangguk. "Gue boleh jujur nggak?" Aloka melirik Brita yang melepaskan pelukannya dan memberi kode untuk duduk saja.

Alora (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang