"ANJING!"
Semua orang memperhatikan letak suara yang menggema di koridor, di sana ada cowok yang menahan amarahnya melihat kejadian pembullyan sekarang.
"Gue bilang lepasin Aloka! Kalo nggak? Lo bakal tau akibatnya Nayra," ujar sinis cowok memakai jaket hitam.
Nayra tersenyum memperhatikan Ray. "Sejak kapan lo perhatian ke dia? Apa karena perubahan dia Ray? Dia jalang, lo nggak tau aja setiap malam dia suka main sama Om-Om." Nayra melirik sinis orang di bawahnya yang menunduk tidak mampu berbuat apa-apa.
Wajah Ray memerah mendengar ucapan Nayra. "Bangsat kalo gue tau lo yang lakuin itu bukan Aloka jangan harap lo bakal di kenal sebagai cewek tercantik di sekolah ini!" jelas Ray mendekati Aloka yang menangis tapi di tolak mentah-mentah oleh gadis itu.
Aloka menatap sinis Nayra. "Lo bilang apa?" Cara berbicaranya mulai berubah dan tangisan yang tadinya mendidih tiba-tiba menghilang.
"Jalang!" balasnya santai.
PLAKKK!!!
Aloka menampar Nayra di depan semua orang, tidak ada yang membantunya. Setidaknya dia bisa membalas perbuatan cewek di depannya sekarang.
"Lo boleh bully gue, asal jangan ngomong sembarangan. Gue bukan jalang bangsat, ingat kata-kata gue. Lo bakal nyesel," teriak Aloka pas di hadapan wajah Nayra. Cewek itu terdiam membeku, Aloka pergi begitu saja dari koridor.
Ray mengikuti langkah kaki Aloka namun terhenti dengan tatapan sinisnya.
"Berhenti nggak! Kalo lo berusaha ikuti gue jangan harap bisa kenal gue lagi," bentaknya tersenyum getir memilih untuk menyendiri di bandingkan ada orang menemaninya.
•••
Aloka menangis di taman belakang, di sanalah tempat ia menenangkan dirinya. Sekarang cukup perasaan dia yang hancur jangan semua yang di alami adalah bencana untuk hidupnya.
"Salah gue apa sampai Nayra bully gue," lirihnya menunduk sembari menahan sakit di dadanya.
"Lo nggak salah," balas seseorang. Aloka tidak mengetahui itu siapa tapi dia menoleh ke belakang terdapat cowok tinggi sedang tersenyum ke arahnya.
Dia menduduki pantatnya di samping Aloka.
"Lo capek ya?" tanyanya tapi tidak ada balasan dari Aloka.
Cowok itu memeluk Aloka dengan erat, ia pun menangis sejadi-jadinya. "Gue bakal jaga lo," ucapnya.
"Tapi gue gak kenal lo." Aloka melepaskan pelukan itu menatap cowok di sampingnya.
Dia tersenyum mengelus puncak kepalanya. Dia menghapus jejak air mata yang mengalir barusan.
"Kenalin gue Brita," ucapnya menyodorkan tangan untuk berjabatan tangan.
Aloka melirik dengan ramah.
"Kenalin gue Alo— " balasnya ingin memperkenalkan diri tapi di potong oleh Brita.
"Gue udah tau lo sejak lama." Brita mengelus lembut pipi Aloka, ia malu dengan perilaku Brita berbanding terbalik dengan Ray.
"Gue nggak bisa biarin ini terjadi," tutur seseorang di balik pohon. Dia merasa panas dan ingin mereka berjauhan saja.
"Tadi lo nangis karena Nayra? Nggak usah ladenin dia gapapa, dia nggak ada apa-apanya bandingin lo yang cantik plus pintar," tanggap Brita memuji cewek di depannya.
"Masih butuh pelukan?" tambahnya memainkan alis mata.
Aloka tersenyum mengangguk dan mereka berdua sunyi dalam kenyamanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alora (End)
Teen FictionAloka Pioladria adalah cewek culun yang sering di bully karena cara berpakaiannya dan bisa di sebut kutu buku. Tapi semenjak perubahannya, semua orang menjadikannya pusat perhatian. Ray mendekati Aloka memeluk erat cewek itu. Brita terdiam, dia ing...