Alur - 14

211 138 61
                                    

Jangan lupa vote and komen.

Pagi hari yang cerah di mana Ray mendapatkan score selama Seminggu full, dia seperti biasa tidak peduli jika di skor untung saja mempunyai Ibu yang baik dan tidak pemarah kalo Ayah mungkin hanya menceramahinya soal sekolah padahal dia sering mendapatkan peringkat walaupun Ray kurang lihai dalam pelajaran matematika, Ray sudah bersyukur mempunyai otak IQ tinggi.

Kini Ray membayangkan wajah Aloka yang sangat cantik saat bangun tidur, dia akui jika cewek itu sangat cantik. Ray pernah melihatnya di saat mereka tidur berdua, entah mengapa rasanya ingin menikahi cewek itu sekarang juga.

Ray terbangun saat matahari sudah mulai menerpa wajahnya yang tampan, dia sadar jika ia mengakui kegantengannya. ede dulu ya kan tidak apa jika dia miskin tidak membuat dirinya malu dengan status kesederhanaannya.

Ray merentangkan tangannya lalu memasuki kamar mandinya untuk bersih-bersih, Ray berencana untuk mengajak Aloka jalan-jalan selama seminggu, semoga cewek itu mau!

"Ray, kamu di mana? Kok nggak ada di kamar."

"Ray lagi mandi ya? Nih ada hadiah nggak tau dari siapa ada yang nganterin," sahut Rara—Ibunya Ray.

"Iya Ibu."

"Jangan lama-lama di wc nanti kenapa-kenapa."

"Elah Bu, di wc masa ada ular," teriak Ray terkekeh geli.

Rara berdengus kesal. "Kalo aja sayang," ujar Rara pergi dari kamar lalu menyiapkan makanan.

Ray hanya menatap dengan senang membayangkan hadiah dari siapa itu? Mungkin dari penggemar di sekolahnya, lumayan!

•••

"RAY PLIS, LO KENAPA SIH TIBA-TIBA NONGOL DI KAMAR GUE!"

"Gue kangen lo, emang salah?" tanya Ray cengengesan tanpa bersalah.

"Salah!" sentaknya menoleh ke samping terlihat wajah tersenyum begitu cerah.

"Nggak ada yang salah sayang," balasnya lembut, Aloka terdiam hatinya tiba-tiba berhenti rasanya ingin mati saja.

Aloka tidak bisa biarkan jika kalo ia salting dengan perkataan lembut itu.

"Sayang? Kenapa hm?"

ARGHH? APA? Aloka berbaring membelakangi Ray karena malu, pipinya begitu panas dengan tingkah lembut Ray.

"Gue kangen berat." Setelahnya Ray memeluk erat dari belakang tubuh Aloka.

Sedetik kemudian, jantung Aloka begitu berdetak kencang rasanya ingin pergi saja dari sana biarkan cowok itu sendiri di kamar ini.

"Apa?" sahutnya cuek padahal hatinya ingin loncat-loncat. "Lo mau apa sih Ray? Bukannya lo punya pacar ya?"

"Sttt, gue udah putus jadi lo calon gue," jawabnya menaruh kepalanya di ceruk leher Aloka.

"Ta-tapi, gue punya pacar." Aloka membalasnya dengan gugupan.

Ray terkekeh mendengar ucapan cewek itu. "Lo tetap jadi milik gue, You're only mine baby." Mendengar ucapan Ray, pipinya memanas padahal udara lagi dingin tapi rasanya Aloka tidak kuat dengan Ray ingin melambaikan tangan jika lama-lama Ray memeluknya.

"Please Ray, lepasin gue!"

"Gue nggak mau!"

Aloka menghembus napasnya pelan mencoba menghadap Ray, ia menatap manik-manik mata cowok itu dengan tenang, menghembuskan napas lalu menetralisir detak jantungnya yang menggema.

Alora (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang