Alur - 39

27 16 2
                                    

Sebulan berlalu tentang kehamilan Nayra sudah di ketahui Aloka namun Brita sama sekali tidak menanggung jawab perihal waktu itu. Aloka geram dengannya, Ray juga sudah berusaha mencari tau keberadaan Brita tapi sia-sia saja.

Nayra juga tidak mempersalahkan hal tersebut, dia sekarang sudah bekerja sebuah kafe cukup jauh dari kawasan tempat sekolahnya dulu. Dia sangat beruntung masih bisa homeschooling berkat Aloka, bahkan Aloka sering membantu mencari mangga muda saat dia mengidam.

"Keponakan Tante mau apa? Bakso? Es krim? Cokelat? Hm atau mau Tante aja gimana?" godanya mengelus perut rata Nayra sedangkan wanita itu terkekeh mendengarnya.

Ray juga memperhatikan tersenyum kecil, setelah pulang sekolah keduanya mampir ke rumah Nayra yang sedang libur bekerja. Ulangan kenaikan kelas 3 juga sudah selesai saat di mana Nayra di keluarkan tidak membuat Nayra sedih. Sulina juga ikut serta sering berkunjung jika gabut sendiri kadang juga menginap menemani Nayra.

Tidak ada yang merasa risih tentang kehamilan Nayra, mereka semua bahagia.

"Lo nggak sedihkan soal Brita nggak mau tanggung jawab?" ungkit Aloka seketika wajah cerah Nayra berubah murung.

Tapi setelahnya tersenyum kecil. "Gue nggak peduli sama dia, mau dia pergi sekalipun dari hidup gue yang terpenting anak di dalam perut gue tetap bahagia bareng Mami ya sayang."

"Pinter banget sih keponakan Tante," ucapnya mencium perut Nayra dengan geli.

"Lo jangan gitu masih kecil nih entar anaknya ikut sifat lo yang nggak jelas."

"Enak aja, gue gini cantik ya buktinya banyak tuh yang suka," celoteh Aloka membanggakan diri dan Ray mendengus kesal jika kekasihnya itu sedang memamerkan seperti ini.

Nayra yang tidak sengaja melihat Ray menahan tawanya.

"Astaghfirullah, nggak kasihan sama Ray. Dia aja kek kesel sama lo, gimana kalo putus aja?"

"HEH! MULUT LO!" pekiknya nyolot langsung menutupi mulut Nayra melemparkan tatapan permusuhan.

Ray mendekat sembari memeluk tubuhnya dari belakang berbisik lembut, "Kita nggak bakal putus sayang."

Dia hanya menghela napas panjang, adegan romantis terjadi di depan matanya. Selama dekat dengan mereka, Nayra hanya menjadi korban kebucinan dua manusia itu.

Bahkan kali ini mulutnya di tutup rapat oleh tangan Aloka setelah Ray menghirup aroma lembut dari leher Aloka makin membuat Nayra mual, astaga dia harus berkali-kali menjadi hantu!

Dengan perasaan jengkel Nayra menarik tangan Aloka dari mulutnya.

"Kalo mau bucin di tempat lain aja, gue ada saran lebih bagus di kamar," ucapnya memainkan alisnya menggoda.

Sontak keduanya menunduk malu, Aloka membuang muka. Nayra benar-benar membuatnya terdiam sesaat setelah itu cubitan maut sudah berada di pipinya.

"Sakit Nay," rengeknya cemberut melepas diri dari wanita cantik itu sudah tertawa kecil.

Sedangkan Ray ikut menjauh sedikit menghindari amukan kekasihnya terlihat sepasang anak manusia itu saling kejar-kejaran seperti anak kecil.

"NAYYY, AWAS LO YA GUE BALES!" pekik Aloka wajahnya sudah berwarna merah yang menahan emosi.

"Wlekkk."

Nayra menjulurkan lidah sambil menoleh ke belakang, terjadilah keduanya kejar-kejaran entah sampai kapan.

"Makanya jangan bucin woooo!" Nayra berteriak heboh di kejar oleh Aloka berkacak pinggang.

"Nggak akan gue lepasin!" sungutnya menggebu-gebu, baik Ray hanya bisa menghela napas karena tingkah keduanya hilang kendali.

Alora (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang