"ALOKA BANGUN UDAH SIANG!"
Teriakan terdengar di seluruh penjuru rumah suara cempreng Arta membuat Aloka bergejolak kaget, ia menguap dan mengusap wajahnya dengan tangan. Aloka menatap jam terlihat sudah jam 7 sebenarnya dia sudah telat, ia pun beranjak cepat-cepat dari ranjang tidak peduli apa yang terjadi.
"MAMA, ALOKA TELAT!"
Cewek itu dengan cepat memasuki kamar mandi yang penting ia wangi di sekolah tanpa basa-basi setelah selesai mandi Aloka memakai sebuah ragam putih abu-abu. Cukup memakan waktu, Aloka berharap tidak ketinggalan jam pelajaran beberapa menit saja.
Aloka menuruni anak tangga terlihat Arta yang duduk menunggu kedatangan anak gadisnya.
"Sayang, sarapan dulu sini," ajaknya kepada anak semata wayangnya.
Aloka mendengus mengatur napasnya terengah-engah. "Nggak sempet Ma, mau pergi dulu," pamitnya tergesa-gesa tidak melupakan bersalaman dengan Arta.
Dengan langkah gotai, ia menuju ke parkiran rumahnya ingin mengambil mobil kesayanga tidak lupa dengan kecepatan penuh, bisa-bisanya Aloka bakal di hukum.
Di perjalanan Aloka sangat khawatir jika dia terlambat, hukumannya bukan main-main ingat saat terlambat, Aloka disuruh mencatat "Saya tidak akan terlambat lagi" itu sepuluh kertas HVS bolak-balik, prustasi dirinya jika mengingat kejadian itu.
Setelah di gerbang Aloka mendengus melihat gerbang sudah tertutup rapat terus ia harus lewat mana? Sedangkan hanya Aloka sendiri di sana tanpa banyak cincong. Ia akan melewati belakang sekolah semoga ada jalan pintas walaupun terlihat tidak ada sekalipun.
Aloka dengan rasa takut mencari sebuah yang bisa untuk membuatnya naik, Aloka merasa beruntung tidak jauh dari keberadaannya melihat sebuah kursi dan dia langsung meminggirkannya ke arah tembok tinggi.
Aloka khawatir dan takut karena roknya sedikit pendek jika ketauan guru! Matilah dia.
Dengan deg-degan ia menahan rasa gugup, Aloka takut jatuh dan berdoa tidak ketauan guru di sana.
Ia memejamkan matanya menghela napasnya, Aloka berada di atas sudah bersiap-siap meloncat.
Bruk
"ANJIR SAKIT BANGET UWAHH," pekiknya menahan ringisan di kakinya.
"Kamu ngapain di sini?! Ini udah jam 7," ucap seseorang mengejutkan Aloka lalu mendongak terlihat guru yang tiba-tiba di sampingnya.
Mata Aloka melotot bukan main, kenapa guru itu seperti hantu?
"PAK MARIO!" teriaknya kaget.
"KAMU TERLAMBAT?!"
"A-anu P-Pak," balasnya gagap.
"Aduhh," lanjut Aloka meringis menahan sakit saat telinganya sudah di jewer.
"Bapak yang baik hati, dan ganteng boleh nggak jangan jewer saya, janji deh nggak terlambat lagi," ujarnya mengangkat tangannya berbentu V.
Pak Mario dengan berat hati melepaskan jewerannya dari Aloka dan menimang-nimang.
"Tapi ada syaratnya."
"Apa?" balas Aloka kepo.
"Kamu harus deketin Bapak sama Mama kamu," sontak membuat Aloka terkaget demi kebaikan ia harus berpura-pura baik untuk saat ini.
"SIAP PAK! DI LAKSANAKAN." Aloka berdiri menuruti kemauan Pak Mario walaupun itu hanya akalan-akalannya.
"Beneran ya?"
"SERIUS DEH? DEMI RAY EH PAK MAKSUDNYA!" seru Aloka dengan tersenyum kaku karena menyebut nama Ray.
"Yaudah sana pergi," ucapnya pasrah tapi dalam diam Pak Mario merasa senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alora (End)
Teen FictionAloka Pioladria adalah cewek culun yang sering di bully karena cara berpakaiannya dan bisa di sebut kutu buku. Tapi semenjak perubahannya, semua orang menjadikannya pusat perhatian. Ray mendekati Aloka memeluk erat cewek itu. Brita terdiam, dia ing...