Alur - 31

33 15 2
                                    

Saat pulang sekolah tiba-tiba saja Ray mengajak Aloka suatu tempat dengan mobil cewek itu.

Perjalanan mereka tertuju ke sebuah halaman luas dengan penuh perumputan hijau, Ray turun dari mobil tersebut berjalan memutari dan membuka pintu sang kekasih.

"Silakan Permaisuri," tuturnya hingga Aloka tersipu malu.

Ray mengulurkan tangan di sambut hangat oleh Aloka, senyum simpul menghiasi wajah tampan cowok itu sampai dia mengecup lembut punggung tangan sang kekasih.

Pipi Aloka sudah memerah tomat secara tiba-tiba cara Ray membuatnya terjatuh terlalu dalam apalagi perhatian sang cowok. Aloka seakan enggan lepas dari jeratan Ray, ia takut jika sang kekasih pergi darinya.

Pemandangan di depan mata menjernihkan pikiran dan perasaan masing-masing tidak jauh dari mobil, Ray duduk terlebih dulu dan menepuk satu tempat di sebelahnya mengizinkan Aloka duduk di sana.

"Liat deh awannya cerah banget," ucapnya sembari menunjuk ke atas terdapat burung-burung berterbangan.

"Iya, kenapa ngajak gue ke sini?"

"Karena gue tau lo ada masalah, gue sebagai pacar hanya menghibur kesayangan gue." Ray mengusap kepala Aloka yang mengalihkan pandangan ke arah lain.

Aloka malu dan salting secara bersamaan.

"Alah gombal."

"Mana ada gombal," liriknya tidak terima. "Gue serius itu."

Dari gelagat Ray memang menggodanya, dan cowok itu membaringkan tubuhnya di atas perumputan.

"Suatu saat nanti gue mau jadi Istri lo jadi harus mau jangan di tolak nanti gue cari yang lain kalo lo nggak mau," celetuk Aloka penuh arti dengan ancaman di setiap katanya.

"Nanti gue lamar biar jadi pasangan bahagia."

Aloka pun manggut-manggut saja walau aslinya salah tingkah ikut tiduran di samping Ray.

"Kenapa ya, Mama berubah banget. Gue kangen sama dia yang perhatian sekarang nggak," ucapnya lirih tanpa di sadari mata cewek itu berkaca-kaca.

Dia menoleh memandangi wajah cantik ceweknya.

"Tante Arta cuma ada masalah aja dia pasti baikan kok sama lo jangan di pikirin ya masih ada gue yang selalu berada di samping lo, gue janji." Ray menyodorkan jari kelingking ke atas, mata Aloka tertuju ke tangan cowok itu.

Aloka mengaitkan jari kelingking tersebut dan membalasnya.

"Selalu ada? Walau masalah gue berat sekalipun, lo nggak akan ninggalin gue kan, Ray. Janji?"

Sedikit ragu tapi Aloka berusaha percaya dengan Ray, selama ini mereka sering bersama dari kecil namun kejadian dulu di mana Ray lebih dulu menjauhi Aloka karena ada alasan yaitu dia tidak mau Aloka selalu dibully, nyatanya dia sendiri membully cewek itu.

Aloka menoleh tatapan mereka saling bertemu terlihat dari sudut mata terpancar tulus membuat Aloka terenyuh.

"Makasih, apapun masalahnya gue akan selalu berusaha menjadi terbaik untuk Aloka."

"Gue juga," sahutnya tersenyum manis hingga menghabiskan waktu seharian di sana, mereka sama-sama salah tingkah dengan pipi merona dan telinga memerah.

•••

Saat ini keduanya pergi dari taman tersebut, menaiki mobil Aloka dalam perjalanan pulang seolah melihat sesuatu yang tidak asing di mata Aloka.

Jelas saja ia sampai kaget di mana Arta berboncengan dengan seseorang laki-laki, Aloka berpikir siapa orang itu? Bahkan Arta memeluknya dari belakang.

Alora (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang