Alur - 6

452 306 46
                                    

Cowok itu dengan sepedanya menghampiri rumah besar yang sangat sering dia kunjungi sejak kecil hingga sekarang.

Terpampang cewek cantik berdiri di depan pintu, ia mengotak-atik hpnya. Sekali-kali ia mondar-mandir tidak jelas bahkan cowok itu terkekeh menggayung sepeda.

"Lo ngapain sih kek orgil," tanya seseorang menuruni sepeda yang dia kendarai.

Menghela nafas gusar. "Bukan urusan lo!" sentaknya kesal.

"Badmood ya lo," ujarnya mengelus pipi cewek itu.

"Ishh apa-apaan sih Ray!"

"Lo lucu," ujarnya terkekeh sembari menjahili dan menarik tangan cewek itu.

"Ray mau nanya kok gue kemarin cepat banget ya tidur," tanyanya bingung. Ia jujur tidak pernah ngerasain ini sebelumnya bersama cowok itu.

Ia tersenyum. "Kemarin tuh, lo ketiduran," balas Ray sedikit gelagapan, dia berusaha tidak terlihat panik di depan Aloka.

"Aloka lo bareng gue aja ya."

Ray mengalihkan pembicaraan.

Ia hanya mengangguk mengikuti langkah kaki cowok itu menuju sepeda kecilnya. Aloka tersenyum bisa bersama Ray, walaupun sebenarnya ia menunggu Brita datang karena lama lebih baik ia bersama Ray saja perginya.

•••

"Loka, lo banyak ya di deketin."

Aloka menoleh. "Biasa aja sih Sul, tapi gue nggak suka di deketin mereka semua. Gue cuma berharap Ray tau perasaan gue. "Aloka mendengus pelan, Sulina terdiam berfikir sejenak.

"Bukannya lo pacaran sama Brita, masih aja berharap sama Ray," balas Sulina memperbaiki tempat duduknya.

"Gue nggak berharap dia tapi gue sayangnya sama Ray," gumamnya sedih.

"Nggak usah sedih ada saatnya lo sama Ray bakal bersama, sekarang jalani aja dulu sama Brita." Sulina menepuk pundaknya pelan berusaah menguatkan Aloka.

"Katanya pacaran kok sukanya sama yang lain," sindir seseorang dengan tatapan sinisnya.

Aloka berdiri menghampiri cewek itu.

"Emang masalah? Gue nggak pernah ya ganggu lo!" bentak Aloka, ia sudah tidak tahan perlakuan seperti ini saatnya Aloka bantai.

"Nggak usah urusin hidup gue Nayra, lo sendiri punya masalah. Sok cantik amat Bebek goreng, merocos kayak petasan," omelnya membalas tatapan sinis Nayra. Tidak ada rasa takut sekalipun di benak Aloka, karena ia sangat kesal perilaku orang-orang kepadanya.

Prok prok

Dia menepuk keras tangannya merasa ada yang berani melawannya.

"Hahhaaa berani juga lo sekarang." Nayra memegang pelan bahu Aloka, dia hanya diam tersenyum.

Plak

Tamparan keras mendarat di pipi Aloka, cewek itu hanya tersenyum. Ia sekarang sudah habis menahan rasa sakit selama ini.

Aloka mengepal tangannya melawan Nayra, ia gerakan jurus karate yang pernah Aloka pelajari dulu. Tapi ia rahasiakan oleh semua orang. Aloka menggelitirkan tangannya membuatnya tidak bisa bergerak, dia lumpuhkan lawannya menekuk lutut bagian belakangnya. Shit semua orang menganga tidak percaya dengan cara Aloka menaklukkan orang paling yang di segani.

"Sekarang lo berlutut di bawah kaki gue," ujar Aloka tersenyum licik, ia membisikkan kata-kata itu di gendang telinga Nayra ada beberapa yang mendengar perkataan tersebut.

Aloka melepaskan tangan Nayra membuatnya hanya bisa menuruti kemauan cewek itu.

"Liat kalian semua, dia sudah di berlutut bawah kaki gue," teriaknya hanya di beri tatapan melotot oleh orang yang ada di kelas. Nayra gelagapan membeku, kenapa ia bisa melakukan ini.

Alora (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang