Alur - 15

183 128 25
                                    

Aloka mengerjapkan matanya beberapa kali, di mana matahari menyelinap masuk lewat jendelanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aloka mengerjapkan matanya beberapa kali, di mana matahari menyelinap masuk lewat jendelanya. Ia liat langit-langit kamar yang sangat Aloka sukai apalagi langit-langit itu di hiasi dengan bangau kertas. Aloka mencoba memiringkan tubuhnya betapa terkejutnya melihat tiga orang cowok menatapnya dengan lembut.

Tidak ada suara sekalipun dari mereka, Aloka menelan ludahnya kasar bisa-bisanya mereka berada di kamarnya.

"Pagi Tuan Putri."

"Idih sok romantis, pagi cantikku."

"Pagi sayang."

"Sayang pala lo, jijik gue," sahut salah satu dari mereka.

"Brita lo nggak sekolah?"

"Gue mau bolos demi lo."

"Gii mii bilis dimi li," ujar mereka menirukan ucapan Brita, siapa lagi kalo bukan Ray dan Agev.

Mereka bertiga sudah pagi-pagi sekali ke rumah Aloka, entah ada urusan apa hingga membuat mereka memasuki kamar Aloka, tidak tau di izinkan atau mereka lewat jendela.

"Omong-omong kok kalian bisa di sini pagi-pagi?" Aloka mengernyit heran karena tiganya hanya tersenyum.

"Tenang aja, gue izin."

"Gue lewat jendela."

"Karena gue anak yang baik, pastinya minta izin dulu."

Aloka menganga dengan perkataan Brita karena dia melewati jendela untung ada Ray dan Agev menjemputnya.

Kalau tidak mungkin saja Aloka sudah habis di wik-wik Brita kalo saja nafsunya tiba-tiba datang bukan?

Cewek itu hanya mengelus dada karena perilaku mereka bertiga bisa-bisanya datang untuk mengajaknya jalan sedangkan siapa yang harus Aloka ajak.

"Dah turun dulu, gue mau mandi masa mau ikut," keluhnya menguncir rambutnya.

"Gue mau ikut," balas Ray.

"Gue juga," sahut mereka bersamaan.

"Mesum kalian! Hus, hus sana pergi, atau gue nggak mau ikut kalian jalan," kesal Aloka menghela napas panjang.

"Gue hitung sampe tiga, kalo belum turun gu- "

Brukk

Brakk

Brukk

Aloka hanya terkekeh melihat mereka tergesa-gesa pergi dari kamarnya setidaknya tidak ada lagi gangguan untuknya mandi sekarang.

•••

Kini mereka ada di depan parkiran, Aloka akan menentukan pergi dengan siapa sekarang. Aloka akui tidak ingin memilih siapa-siapa, coba saja mereka akur pasti bisa pergi bersama-sama tanpa harus memilih.

Alora (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang