42.Amat merindukanmu

115 15 0
                                    

Saga sudah bersiap didepan kelas Jenna. Kelas sebelas sains satu sedang berdiskusi mengenai lomba untuk dua hari kedepan. Menunjuk siapa yang cocok ikut lomba ini dan itu. Ya, rutinan setelah ujian, sekolah akan mengadakan lomba tertentu termasuk hari ini.

Saga sudah bersiap dengan kaos olahraganya, ia tidak tau akan ikut lomba apa, kita lihat nanti. Kelas yang Saga huni, sebelas sosial tiga termasuk kelas yang malas mengikuti kegiatan seperti ini. Kebanyakan justru membolos. Jadi, peserta lomba biasanya seadanya dan jika tidak ada yang mau, paling yang akan terjadi kelas mereka dimarahi panitia atau wali kelas. Sudah biasa.

Sepertinya kelas sains satu telah selesai berdiskusi, beberapa siswanya tampak keluar kelas. Beberapa menyapa Saga dan dibalas ramah olehnya.

"Gue udah boleh masuk nggak? Kalian udah selesai rapat, kan?" Tanya Saga pada salah satu siswa sains satu. Yoga, yang biasanya bersama Doni.

"Udah. Mau ketemu Jenna, ya?"

"Iyalah! Siapa lagi coba kalo bukan Jenna," timpal Doni yang baru saja muncul dan berdiri disamping Yoga. Pemuda itu tersenyum jail dengan alis yang dinaik-turunkan. Tampak sangat menyebalkan dimata Saga.

"Jenna mana? Berangkat, kan?" Doni dan Yoga kompak mengangguk.

"Tuh, lagi bareng Ira," tunjuk Yoga dengan dagunya. Saga melihatnya, Jenna sedang bersama Ira. Jenna tampak cantik dengan kaos olahraga dan rambut kuncir kuda.

"Gue masuk dulu, ya!"

"Eh eh eh, tunggu!" Saga mendengus ketika langkahnya terhenti dan kembali mundur karena lengannya ditarik paksa oleh Doni.

"Apa!"

"Diana mana? Kok nggak sama lo. Dia berangkat, kan?" Tanya Doni. Yoga hanya mampu berdehem kencang. Ia lumayan tau kedekatan antara keduanya.

Saga mengerutkan dahi, "Bukannya biasanya lo jemput Diana, ya? Kok malah tanya gue. Ya gue nggak tau lah!"

"Ck! Pas gue jemput anaknya udah nggak ada. Kata abangnya sih udah berangkat. Emang Diana nggak ada dikelas?"

Saga menggeleng pelan, "Nggak ada. Palingan bolos, biasanya juga gitu."

Doni mengernyit, "Diana udah biasa bolos setiap kegiatan akhir semester?"

"Yoi, hari-hari biasa juga gitu. Emang tuh anak agak males sekolah, gue kadang juga gitu sih. Tapi gue nggak sampe bolos berkali-kali," jawab Saga yang membuat mata Doni membola.

"Tempat dia biasa bolos lo tau nggak? Tempat dia biasa nongkrong mungkin, atau apalah!"

Saga mengangguk, "Lumayan banyak sih. Tapi paling sering di warung kopi pinggir terminal, atau di gudang kosong yang biasanya dijadiin arena tinju ilegal. Deket pabrik gula yang udah kosong, deket rel kereta."

Mendengar jawaban dari Saga membuat Doni juga Yoga menatap pemuda bule di hadapannya dengan mata terbelalak. Terkejut dengan tempat biasa Diana membolos.

"Gila tuh cewek," celetuk Yoga yang justru dibalas sikutan oleh Doni.

"Lo serius? Nggak boong kan lo?!"

"Ngapain juga gue boong. Nggak manfaat juga buat gue," jawab Saga malas.

"Oy! Mau kemana lo!!" Teriak Yoga yang melihat Doni berlari cepat meninggalkan mereka.

"JEMPUT DIANA!!" Teriak Doni dari kejauhan. Yoga menggeleng pelan sembari menghela napas panjang.

"Berani juga temen lo. Semoga aja Diana cuma diwarung kopi," gumam Saga.

"Emangnya kenapa?" Tanya Yoga dengan wajah penasarannya.

"Aman aja kalo disana. Bisa beda kasus kalo Diana lagi di gudang arena tinju, gue khawatir Doni malah digebukin preman sana. Premannya galak-galak! Soalnya nggak sembarang orang boleh masuk," jawab Saga santai kemudian masuk kedalam kelas untuk menghampiri Jenna. Meninggalkan Yoga yang berdiri mematung dengan wajah khawatir.

JENNA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang