29.Jenna dan Dapur.

127 15 0
                                    


Pak Jali memarkirkan mobil dihalaman panti yang luas. Saga keluar lebih dahulu, disusul Jenna dan Pak Jali. Didepan pintu sudah siap menyambut kedatangan mereka, Bunda dan anak-anak panti.

Saga tersenyum lebar pada mereka. Berjalan menghampiri Bunda dan mencium tangan wanita paruh baya itu. Jenna yang berjalan dibelakang Saga reflek mengikuti cara Saga. Mencium tangan Bunda. Wajah Saga memanas melihat itu. Ia tidak menyangka Jenna juga akan menyalami Bunda sebagaimana dirinya. Pak Jali tau majikan kecilnya ini walaupun agak seperti robot, kaku, tapi gadis itu masih tau sopan santun kepada orang tua. Walaupun sebenarnya kepada ayahnya, Jenna tidak pernah mencium tangan. Pak Jali juga sedikit kaget melihat Jenna yang meniru Saga.

Bahkan saat anak-anak panti bergantian bersalaman dengan Saga, Pak jali dan Jenna, gadis itu tidak menolak. Ia hanya diam. Menatap datar pada mereka. Saga yang menyaksikan hanya mampu tersenyum tipis.

"Nak Jenna, mari masuk. Bunda sudah siapkan jamuan. Mari Pak Jali, jangan sungkan."

"Terima kasih, tapi saya diluar saja," tolak Pak Jali halus.

"Hana, tolong siapkan jamuan untuk Pak Jali ya."

"Siap, Bunda!"

"Mari, Nak Jenna."

Jenna mengangguk pelan, dan mengikuti langkah Bunda yang menggenggam tangannya. Jenna bisa merasakan tangan hangat wanita itu menyentuh kulitnya. Perasaan nyaman entah bagaimana menyelimuti perasaan Jenna. Dan ini aneh menurut gadis itu. Genggaman tangan wanita itu terasa lebih tulus daripada genggaman tangan ibunya.

"Kak Saga, Kak Jenna cantik banget ya!"

"Eh?" Saga mengusap belakang kepalanya sembari menyengir lebar.

"Iya, Kak Jenna cantik!" balas yang lain.

"Udah cantik, baik lagi!"

"Tapi mukanya Kak Jenna kaya nggak seneng gitu. Nggak senyum," ucap Nadia, bocah berumur 10 tahun itu tampak sedikit sedih.

"Kak Jenna emang gitu, Nadia. Bukan karena nggak seneng. Tapi Kak Jenna ekspresinya emang itu-itu aja. Kak Saga yakin, Kak Jenna seneng kok ketemu kalian."

Nadia dan yang lain mengangguk berusaha memahami ucapan Saga. Sementara Saga memang tidak berniat untuk mengarang. Selama ia mengenal Jenna, gadis itu memang lebih sering menampakan wajah datar nya. Ia tidak ingin adik-adiknya salah paham dengan mengarang cerita.

"Aku sih nggak masalah ya Kak Jenna senyum atau enggak. Pokoknya Kak Jenna cantik terus baik!" ucap Joan dengan semangat. Diangguki oleh beberapa dari mereka.

"Iya Kak Jenna emang cantik, baik juga. Tapi mujinya nanti lagi. Sekarang kita masuk yuk. Bunda sama Kak Jenna udah didalem tuh!"

Mereka serempak mengangguk, menuruti ucapan Saga dan masuk kedalam panti. Diruang tamu sederhana itu, sudah duduk Jenna yang berdampingan dengan Bunda. Mereka tampak berbincang. Saga memilih untuk menemani Pak Jali di luar.

"Kak Saga mau minum apa?" tanya Hana setelah menaruh jamuan untuk Pak Jali. Gadis itu tidak tau jika Saga ikut menemani Pak Jali diluar.

Saga menggeleng pelan. Menolak tawaran baik dari Hana.

"Hana bikinin kopi deh."

"Eh, nggak usah!"

Terlambat, Hana sudah masuk kedalam panti. Penolakan Saga tidak didengar gadis itu. Pak Jali tertawa kecil hanya melihat adegan sederhana dihadapannya.

"Saya sudah mengira dari awal saya datang kesini, kalo anak panti asuhan 'bunga peduli' itu anak-anak baik."

"Bunda kalian benar-benar mengurus kalian dengan baik. Saya salut."

JENNA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang