Happy Reading.
Sepi, itu bagus karena tidak ada hal yang membuatku terganggu sekarang.
Aku sedang berjalan di koridor kelas sepuluh, lantai dasar, menuju ke kelasku yang ada di lantai tiga, kelas sebelas.
Aku melihat jam dipergelangan tanganku, waktu menunjukkan pukul 06.30.
Pantas saja sepi.
Setelah menaruh tas di kelas, terpikir olehku pergi kekantin untuk sarapan. Kantin pastilah masih sepi. Biarkanlah untuk hari ini ia melanggar aturan makan sembarangan. Aku tidak pernah menyukai masakan dirumah yang selalu minim rasa. Makanan sehat katanya.
Iya itu ide bagus.
Menyenangkan berjalan dikoridor yang sepi seperti sekarang, aku selalu suka keheningan.
"Pagi Jenna, mau kemana?"
Langkahku terhenti ketika dia berdiri menghalangi jalanku. Salah satu manusia tuli yang ku ketahui, karena dia sekalipun tidak pernah mendengar perkataan ku.
Aku memilih menyingkir melangkahkan kakiku kesamping. Sialnya dia malah mengikutiku kemana arah langkahku, berulang ulang.
"Minggir."
"Akhirnya ngomong juga," dia tersenyum senang. Yang justru terlihat menjengkelkan dimataku.
"Kalo mau lewat jawab dulu dong pertanyaanku."
Aku memilih berbalik daripada harus meladeni laki-laki menyebalkan itu.
"Eh Jenna!! Kebiasaan deh."
Lihatlah dia hanya bisa bersungut marah melihatku pergi, sudah kebiasaannya.
*
"Eh Jenna, abis darimana?"
"Kantin, tidak jadi."
Namanya Ira, teman sebangku ku dan dia salah satu manusia "Ramah."
"Gak jadi, kok bisa?"
"Biasa." ucapku sembari mengangkat kedua bahuku acuh.
Ira justru tertawa keras, membuat beberapa siswa sekelas melirik sekilas.
"Yaampun Saga itu emang gak pernah nyerah ya, salut aku sama dia."
"Salut?" Tanyaku, apanya yang membanggakan dari mengganggu orang lain.
"Ya salut aja, dia itu udah jungkir balik loh biar bikin kamu suka sama dia, tapi kamu nya aja gak pernah luluh. Dingin kaya es."
Aku memilih membuka buku mengecek kembali hasil kerja rumahku yang semalam kukerjakan.
"Eh tapi bener loh, sesekali kamu bisalah respon dia, bikin dia seneng gitu. Pahala loh bikin orang bahagia," ucapnya lagi dengan wajah sumringah.
"Tidak, terimakasih."
"Saga ganteng loh, Jen. Banyak yang suka sama dia. Kamu beruntung dia justru ngejar-ngejar kamu padahal banyak cewe yang berharap jadi pacar Saga."
Cih, beruntung katanya. Untukku terhindar darinya adalah suatu keberuntungan.
Ira terus berbicara disamping ku, dan sungguh suara Ira membuat konsentrasiku pada buku didepanku terpecah. Inilah alasan kenapa aku tidak terlalu suka jenis manusia ramah.
Mereka berisik.
Untung saja bel masuk segera berbunyi dan guru mapel segera masuk kelas. Menyelamatkanku dari celotehan Ira yang sama sekali tidak penting.
"Inget Jen, respon Saga sesekali kalo ketemu."
Ira bahkan masih sempat berbicara saat guru sedang menerangkan. Aku hanya diam memperhatikan pak Didi yang sedang menerangkan materi.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENNA ✓
Teen Fiction[Completed] Jenna, terlihat layaknya gadis pada umumnya. Tapi tidak, bagi yang paham cerita hidupnya. Dingin. Tidak tersentuh. Wajah cantiknya tidak pernah tampak dengan ekspresi. Tatapannya kelam, membuat Saga sering tenggelam kedalamnya. Kenyat...