Happy reading.
Author pov.
Sore yang mendung. Masa yang tidak tepat karena ini waktunya mereka untuk pulang kerumah.
Siswa siswi bergegas pulang mempercepat langkah takut-takut hujan segera turun.
Karena sudah dipastikan hujan yang turun akan cukup deras melihat dari betapa kelabunya pemandangan di atas sana.
"Jenna, aku duluan yah takut keburu hujan," ucap Ira.
Jenna mengangguk sebagai jawaban dan kembali mengemasi buku serta alat tulis yang tak kunjung usai ia bereskan.
"Tenang paling bentar lagi Saga dateng nemenin kamu. Bye, Jenna!" Ira melambaikan tangan dan menghilang dibalik pintu.
Kelas bahkan sudah sepi, hanya ada dirinya. Sudah menjadi kebiasaan baginya keluar kelas paling akhir.
"Jenna," panggil seseorang diambang pintu.
Jenna menoleh memastikan siapa yang memanggilnya. Dia Alega. Pria yang lebih akrab dipanggil Ega.
Alega menghampiri Jenna yang baru saja selesai memasukan barang-barangnya kedalam tas.
"Pulang bareng aku," ucapnya.
"Dijemput Pak Jali."
"Nanti aku bilang sama Pak Jali kalo kamu ikut aku."
"Nggak perlu."
"Pak Jali nggak akan marah, dia bakal seneng kalo tau aku anter kamu pulang."
"Makasih," ucap Jenna dan berlalu pergi.
"Jenna!" Alega mencekal lengan Jenna yang hendak pergi.
Euhh Jenna memutar bola matanya. Ia merasa jengah dengan adegan cekal mencekal lengan. Karena itu merugikan tangannya. Jenna butuh tangannya untuk menulis. Jadi harus ia jaga baik-baik.
"Aku mau pulang," ucap Jenna dengan tangan yang masih dicekal Alega.
Alega diam sesaat, menatap mata Jenna yang hitam kelam. Mata indah yang terlihat seperti tak punya jiwa, tak ada gairah, tatapan kosong.
Menghela nafas sejenak Alega berbicara, "Kita bisa kembali kaya dulu."
Jenna diam, memahami ucapan yang terlontar dari mulut laki-laki didepannya.
"Aku bakal perbaiki semuanya, aku janji, tolong kasih aku kesempatan," ucap Alega dengan raut wajah memelas.
Diam seribu bahasa, Jenna benci moment seperti ini. Pemuda dihadapannya ini memang pandai membual. Begitu pikirnya.
Hujan mulai turun. tidak butuh waktu lama hujan yang tadinya hanya rintik-rintik sekarang berubah menjadi hujan deras. Suara gemuruh yang selalu Jenna suka.
"Aku mau pulang," ucap Jenna.
"Aku mau kamu." Alega tidak mau melepaskan lengan Jenna, melonggarkannya pun tidak.
"Nggak bisa," jawab Jenna.
"Kenapa? Kenapa nggak bisa?"
"Saga."
"Saga? siapa Saga?"
"Aku milik nya."
Alega mematung, terkejut, tentu saja.
"Kamu bohong!" Alega mempererat cekalan pada lengan Jenna.
Jenna menggeleng dengan wajah datar. Membuat Ega bingung gadis didepannya ini tengah berbohong atau tidak. Alega menggeram pelan menandakan ia sedang dipuncak amarahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
JENNA ✓
Novela Juvenil[Completed] Jenna, terlihat layaknya gadis pada umumnya. Tapi tidak, bagi yang paham cerita hidupnya. Dingin. Tidak tersentuh. Wajah cantiknya tidak pernah tampak dengan ekspresi. Tatapannya kelam, membuat Saga sering tenggelam kedalamnya. Kenyat...