"Jadi ke pasar malemnya?" Tanya Bunda sembari memakai celemek, bersiap memasak hidangan untuk makan malam nanti. Saga mengangguk pelan dengan senyum manis nya.Cuaca yang cerah sore ini membuat mood Saga membaik seketika. Memori tentang percakapan tak berujung kesimpulan siang tadi coba Saga lupakan sejenak. Ia ingin hari ini jadi hari yang manis.
"Jenna udah bangun?" Bunda menoleh sekilas kearah Saga berdiri. Wanita itu tengah sibuk membersihkan sayuran di wastafel.
"Belum tau, Bunda. Belum Saga cek."
"Kalo gitu minta tolong ke Hana bangunin Jenna. Udah sore juga, siapa tau Jenna mau mandi dulu sebelum ke pasar malem."
Saga mengangguk kemudian pergi ke depan mencari Hana yang setahunya tadi tengah mengepel lantai di ruang tamu.
"Eitt!! Awas, basah itu lantainya!" Seru Hana dari kejauhan.
Saga reflek melangkah mundur sembari berjinjit. Kemudian menyengir lebar pada Hana saat menyadari jika aja jejak kaki di lantai bekas Saga pijak tadi. Hana mendengus kesal dengan tangan berkacak pinggang. Ia baru saja mengepel ulang gara-gara Rio dan Asep. Dua bocah itu dengan seenaknya berlari dari pintu depan menuju kamar mandi dengan kondisi kaki yang kotor karena kebiasaannya bermain tanpa alas kaki.
"Nggak sengaja, suwer!!" Saga mengangkat dua jarinya membentuk lambang peace.
"Kalo mau lewat, cepetan! Tapi jangan balik lagi sebelum lantainya kering!"
"Nggak mau lewat kok! Kak Saga cari kamu," ucap Saga dari kejauhan sembari menyender pada tembok. Berusaha sesedikit mungkin mengotori lantai.
"Ada apa, Kak?"
"Jenna udah bangun belum, ya?"
"Kak Jenna? Tadi sih terakhir ku liat Kak Jenna lagi duduk dikamar. Ngelamun. Aku ajak kebawah, bilangnya nanti."
Saga hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Kenapa? Mau nyamperin Kak Jenna ya? Samperin aja, Kak Jenna kayanya lagi mikirin sesuatu."
"Iya. Makasih, Hana."
Hana tersenyum tipis, melihat Saga yang sudah naik ke lantai dua. Menuju kamar Hana yang ditumpangi Jenna untuk tidur siang.
"Isshh!! RIO! ASEP!!"
"Maaf, Kak!!" Seru Rio sembari berlari kedepan bersama Asep. Keduanya membawa plastik berisi ikan berwarna kuning. Air yang menetes kelantai ditambah jejak kaki mereka yang membekas coklat karena kaki yang tidak dibasuh, membuat Hana menggeram kesal. Jadi mereka ke kamar mandi hanya ingin mengisi air diplastik, bukannya sekalian membasuh kaki mereka.
Hana mendengus dengan wajah memerah karena kesal. Ia ingin membanting pel an yang ia pegang tapi itu tidak mungkin ia lakukan.
"Sini gantian." Dio datang dari arah dapur, laki-laki itu mengulurkan tangannya pada Hana.
Hana menggeleng tegas, "Nggak usah, Kak. Hana aja."
"Kamu udah ngepel ruang tamu dua kali. Sini gantian Kak Dio aja."
"Tapi ... Masih banyak yang belum di pel. Ruang tamu harus ngulang, terus dapur, ruang makan, lantai dua. Kak Dio kan tadi siang udah cuci piring, terus tadi Kak Dio udah siram tanaman dihalaman belakang. Jadi biar aku aja."
Dio menggeleng pelan, "Yang siram tanaman di halaman belakang itu Joan, sekalian halaman depan juga. Kak Dio nganggur."
"Sini cepetan, kamu bantuin Bunda masak aja sana," lanjut Dio. Kemudian Hana menerima sarannya. Hana menyerahkan pel-an yang sedari tadi ingin gadis itu banting.

KAMU SEDANG MEMBACA
JENNA ✓
Fiksi Remaja[Completed] Jenna, terlihat layaknya gadis pada umumnya. Tapi tidak, bagi yang paham cerita hidupnya. Dingin. Tidak tersentuh. Wajah cantiknya tidak pernah tampak dengan ekspresi. Tatapannya kelam, membuat Saga sering tenggelam kedalamnya. Kenyat...