Brak!!Saga meringis kesakitan ketika untuk kedua kalinya tubuhnya berhasil dibanting oleh Aldi.
"Yang kaya gini mau jadi jagoan panti? Cuih!" Aldi meludah dengan wajah mengejek.
Jenna berdiri di kejauhan dengan menggendong Tasya yang memeluknya dengan tubuh gemetar karena takut. Balita itu hampir berteriak jika saja Jenna tidak coba menenangkannya. Jenna yang disandera dua anak buah Aldi tidak bisa berkutik untuk sekedar meminta tolong pada orang-orang.
Gadis itu hanya mampu menyaksikan Saga yang di keroyok oleh Aldi dan dua anak buahnya. Kondisi Saga yang masih cidera akibat pertarungan sore tadi membuat tubuhnya kian lemah. Ini curang, Saga bahkan sudah bagus karena pemuda itu baru dua kali jatuh dan itu karena Aldi. Dua anak buah Aldi yang ikut mengeroyok Saga terlihat sudah tergeletak kesakitan. Bahkan salah satunya sedang tidak sadarkan diri. Aldi bukan tandingan Saga. Itu yang Jenna tangkap dari adegan perkelahian didepannya. Aldi lebih kuat dan licik.
"Dia siapa si, cuy?" Tanya salah satu anak buah Aldi pada kawannya.
"Bos nggak ngasih tau."
"Gue kasian, cuy. Itu bule dateng ke indo mau liburan malah digebukin si Bos. Kalo mau malak bule mah nggak harus gelut dulu, kan?"
"Ya mana gue tau, Anjing! Lo tanya sendiri sama Bos sana!"
"Tapi kok si bule kayak akrab gitu ya sama Bos Al. Kayaknya bule KW deh. Atau jangan-jangan ... Mereka abang-adek? Beda bapak mungkin?"
"CK! Diem, bego! Kalo Bos denger Lo ngomong ngaco gini, bisa abis Lo!"
Lawan bicaranya hanya mendengus mengakhiri perdebatan mereka.
Jenna ingin membantu Saga, setidaknya menyerang dua pria yang menyandera nya. Tapi ia tidak mungkin melakukan nya dengan posisi Tasya yang berada dalam gendongannya. Balita itu bahkan terus menangis dengan suara lirih saking takutnya. Jenna tidak bisa melepaskan Tasya begitu saja. Senjata tajam juga senjata api yang Noah selipkan di tas selempang miliknya seharusnya telah berguna sekarang.
Satu bulan terakhir, Noah sering mengajarinya teknik bertarung menggunakan pisau dan mengajarinya bagaimana cara menggunakan pistol yang baik dan benar. Jenna harusnya bisa mempraktekkannya sekarang secara nyata. Mencoba kemampuannya, apakah ia sudah pandai bertarung seperti yang Noah ajarkan padanya. Bahkan Jenna diajari bertarung tangan kosong beberapa kali oleh Noah.
Jenna mendengus lirih, seharusnya ada yang membantu Saga. Dimana Jali? Kenapa pria itu tidak datang disaat genting seperti sekarang.
"Lo pacarnya si bule?" Tanya pria berpenampilan preman yang berada disamping kirinya.
Jenna diam saja, tidak tertarik untuk menjawab pertanyaan pria itu.
"Heh! Denger gue ngomong nggak?!" Pria itu mendorong bahu Jenna dengan kasar, sampai gadis itu terhuyung ke depan.
Tasya merekatkan lengannya di leher Jenna. Wajahnya semakin dibenamkan di ceruk leher gadis dingin itu.
"Budeg lo, hah?! Ditanya bukannya dijawab malah diem aja? Oh! Atau lu bisu?" Teriak preman itu tepat disamping telinganya sembari tertawa.
Tasya menangis hampir menjerit jika saja Jenna tidak membisikan kata-kata penenang pada balita itu dan dengan lembut mengusap punggung kecilnya. Jenna takut jika Tasya menjerit, mereka akan menyakiti balita itu agar diam.
"CK!! Lo bisa diem nggak, Sat!! Brisik! Ngapain lo ngurusin ni cewek, bego!"
Preman yang tadi mendorongnya mendengus kasar. Tidak suka kesenangannya menggertak para korbannya justru diprotes.

KAMU SEDANG MEMBACA
JENNA ✓
Teen Fiction[Completed] Jenna, terlihat layaknya gadis pada umumnya. Tapi tidak, bagi yang paham cerita hidupnya. Dingin. Tidak tersentuh. Wajah cantiknya tidak pernah tampak dengan ekspresi. Tatapannya kelam, membuat Saga sering tenggelam kedalamnya. Kenyat...