.......................
"Beberapa hal terkadang lebih menarik jika dirahasiakan..."
......................Saga mengerutkan kening menatap keluar jendela mobil.
Rumah makan Pak Nugroho.
"Jenna, kita mau makan siang?"
"Disini?" Lanjut Saga dengan tampang bingung.
Sejak kapan Jenna suka makan di warung makan, begitu pikirnya. Apa karena Saga pernah bekerja disini, membuat gadis dingin itu ingin tahu rasa masakan di rumah makan Pak Nugroho?
Tidak, Saga terlalu percaya diri.
"Turun."
Saga menurut, ia turun dari mobil. Berdiri sejajar dengan Jenna.
"Mari, Nona."
Pak Jali memimpin, ia masuk terlebih dahulu ke rumah makan tersebut.
Mereka bertiga duduk disalah satu meja, saat pelayan datang menanyakan menu apa yang akan mereka pesan, Pak Jali justru tersenyum, dan menggeleng pelan.
Pak Jali tampak seperti ayah yang membawa kedua anaknya makan siang.
"Bisakah saya bertemu dengan pemilik restoran ini?"
Jenna menatap sang pelayan dengan ekspresi datarnya yang tampak menawan dimata Saga.
Apalagi cara Jenna berbicara, tampak begitu yakin dengan intonasi yang sama seperti pekerja kantoran bagian administrasi yang sering Saga lihat di televisi.
Bukan Jenna yang hanya mengatakan satu dua kata khas nya.
"Adek ada keperluan apa ya?"
"Keperluan bisnis. Saya memang belum membuat janji dengan Pak Nugroho. Tapi saya yakin beliau akan menerima saya sebagai tamunya."
"Jenna..."
Saga semakin bingung, ia reflek meremas plastik berisi obat dan perban dari rumah sakit tadi.
Bisnis apa? Bukankah mereka kemari karena ingin makan siang?
Pelayan tersebut mengangguk, walau ekspresinya tampak tidak yakin. Kemudian pergi memanggil pemilik warung makan.
Pak Jali dan Jenna reflek berdiri saat pelayan berjalan kearah mereka bersama pria berumur 50-an dengan rambut memutih di beberapa bagian.
Saga ikut berdiri, mencium tangan Pak Nugroho yang sudah ia anggap sebagai orang tuanya. Pak Nugroho tersenyum kearah mereka, mengelus kepala Saga.
"Apa kabarmu, Nak?"
"Baik, Pak. Eh, kenalin mereka temen saya, Jenna dan Pak Jali."
Pak Nugroho menyalami keduanya. Saga menelan ludah. Ia benar-benar tidak paham situasi sekarang.
"Perkenalkan, saya Jenna Lavend. Senang berkenalan dengan anda, Pak Nugroho."
Pak Nugroho menelan ludah, menatap Jenna dengan raut wajah terkejut.
Saga semakin bingung.
"Lavend? Bukankah nama Jenna adalah Jenna Luvio Selena?" Batinnya.
"Mari, kita berbicara diruangan saya.... Nona Lavend."
Jenna mengangguk, "Mereka akan ikut dengan saya."
Pak Nugroho menatap Saga dan Pak Jali, "Tentu saja."
"Masukan obatmu ke tas, Saga." Pak Jali berbisik. Saga menurut, dengan gerakan cepat ia memasukannya kedalam tas.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENNA ✓
Ficção Adolescente[Completed] Jenna, terlihat layaknya gadis pada umumnya. Tapi tidak, bagi yang paham cerita hidupnya. Dingin. Tidak tersentuh. Wajah cantiknya tidak pernah tampak dengan ekspresi. Tatapannya kelam, membuat Saga sering tenggelam kedalamnya. Kenyat...