Jangan lupa vote sebelum baca:)
Happy reading
❄
Ruangan ini seperti galeri seni. Disetiap sisi tembok terdapat lukisan yang tergantung rapi. Beberapa lukisan dibiarkan tergeletak dibawah, bersender dengan tembok.
Sekarang Saga tepat berada ditengah ruangan. Memperhatikan sekeliling. Tak henti-henti nya Saga berdecak kagum.
Semua lukisan ini tentulah Jenna yang membuatnya.
Jadi--apakah ini cara Jenna mengekspresikan perasaannya?
Melalui lukisan. Ide yang bagus.
"Jenna memang jenius dan berbakat. Nggak salah gue suka sama dia." Saga tersenyum sembari matanya yang terus memperhatikan sekitar. Berjalan lirih mendekati satu persatu lukisan, melihatnya agar lebih jelas.
❄
15 menit.Saga yang terlalu asik dengan dunia yang Jenna ciptakan, membuat Ia lupa akan tujuan awalnya.
Tanpa ia sadari ada seseorang yang memasuki ruangan,
"Saga?" panggil seseorang dari arah pintu masuk. Saga berbalik, sedikit terlonjak kaget.
Tubuhnya reflek melangkah mundur dan tanpa sengaja kakinya menyenggol lukisan dibawahnya.
Menyadari kakinya menyenggol lukisan dibawahnya, Saga mencoba melangkah menjauh tapi sialnya kaki Saga justru menyerempet kakinya sendiri.
Seketika Saga kehilangan keseimbangan, Saga mencoba berpengangan pada sesuatu.
Bodohnya Saga, ia justru mencoba berpegangan pada lukisan yang menggantung disampingnya.
"Saga awas itu lukisannya!!"
Gubrakk!!
Sreeettt
Telat.
Saga terjatuh, menindihi satu lukisan dibawahnya ditambah satu lukisan yang jatuh menindihinya karena dijadikan sebagai pegangan tadi.
Saga meringis kesakitan. Saga mengusap-usap punggungnya yang sakit akibat terbentur kayu dibawahnya.
"Kamu nggak papa?" ucapnya setelah berlari menghampiri Saga yang tergeletak kesakitan.
Saga menggeleng pelan, mencoba baik-baik saja walaupun sebenarnya dia tidak baik-baik saja.
"Ayo aku bantu berdiri." Saga dibantu berdiri dan melangkah menuju sofa.
"Nggak papa." ucap Saga setelah nyeri punggungnya mulai reda.
"Kenapa kamu disini? Nona Jenna udah siuman. Harusnya kamu disana nemenin Nona Jenna!" ucap pelayan membuat Saga terlonjak senang melupakan rasa sakitnya.
"Jenna udah siuman?! Aku harus kesana sekarang!" Saga tidak mau melewatkan moment berharga ini. Ia harus cepat.
"Aduh, terus ini gimana dong. Lukisannya rusak." ucap pelayan muda yang umurnya tidak jauh dari Saga. Gadis umur 18 tahun yang tadi pagi sempat menanyakan apakah Saga laki-laki blasteran.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENNA ✓
Teen Fiction[Completed] Jenna, terlihat layaknya gadis pada umumnya. Tapi tidak, bagi yang paham cerita hidupnya. Dingin. Tidak tersentuh. Wajah cantiknya tidak pernah tampak dengan ekspresi. Tatapannya kelam, membuat Saga sering tenggelam kedalamnya. Kenyat...