Jangan lupa vote sebelum baca:)
Happy reading
❄
"Jenna." panggil Saga lirih. Dan seperti biasanya, reaksi Jenna hanya diam. Tidak tertarik meladeni Saga.
Jenna lebih tertarik melihat pemandangan diluar jendela.
"Mmm...kamu bisa melukis ya? Aku baru tau." ucap Saga mengawali pembicaraan. Saga sendiri bingung harus mulai dari mana.
Karena tidak ada jawaban, akhirnya Saga melanjutkan ucapannya.
"Tadi ceritanya aku mau kedapur, terus aku nemu pintu yang ada tulisan 'Hanya Jenna'. Karena aku kepo akhirnya aku masuk kedalem." tanpa Saga sangka, ternyata Jenna menoleh kearahnya. Menatap Saga lekat-lekat.
Beberapa pelayan yang menemani Jenna juga ikut terkejut mendengar penuturan Saga. Mereka reflek menutup mulut mereka dengan telapak tangan saking terkejutnya. Mereka tau ruangan itu adalah ruangan pribadi majikannya.
Saga menelan ludah. Melihat reaksi dari para pelayan disekitarnya ditambah reaksi Jenna. Sepertinya Jenna akan marah, padahal Saga baru memberi tau jika ia memasuki ruangan itu, apalagi jika Saga bilang jika ia merusak lukisan milik Jenna. Saga harus bagaimana?
"A... aku minta maaf." ucapnya patah-patah. Saga menunduk. Merasa bersalah.
"Ngapain." ucap Jenna dengan intonasi datar seperti biasa.
Pak Jali yang sedari tadi mendengar percakapan Saga dan Jenna dari jauh, mencoba memberi kode kepada para pelayan untuk menyingkir. Mereka mengangguk dan pergi menjauh. Hening beberapa menit. Saga benar-benar jadi tidak enak hati.
"Aku cuma mau liat-liat. Lukisan kamu bagus." Saga gugup ditatap Jenna terlalu lama. Kalau situasinya lebih baik, tentu Saga mau sekali ditatap Jenna selama seperti sekarang.
Masalahnya kondisi yang sekarang terjadi tidak jauh beda seperti seorang ibu yang memergoki anaknya yang nakal. Dulu Saga sering mengalaminya di panti. Diomeli Bunda karena Saga yang terlalu nakal.
"Apa yang rusak?" ucapan Jenna membuat Saga reflek membulatkan kedua matanya dan mematung untuk beberapa saat.
Bagaimana Jenna bisa tau?
"Kok kamu bisa tau kalo ada yang rusak?"
Saga dibuat semakin gugup, tanpa sadar keringat dingin mengucur di dahinya. Ditambah degupan jantung yang kian cepat. Aura Jenna memang berbeda. Jenna bukan makhluk halus kan? Pikir Saga.
"Berapa?" ucap Jenna menuntut penjelasan.
Saga menghela nafas berat. Saatnya menjelaskan yang sebenarnya.
"Sebelumnya aku mau minta maaf. Aku nggak sengaja."
"Intinya." Jenna memotong ucapan Saga. Ah, kapan sesi ini segera berakhir, Saga sudah tidak tahan melawan rasa gugupnya.
Dalam hati berkali-kali Saga merutuki dirinya sendiri yang ceroboh.
"Aku tadi jatuh. Terus aku nggak sengaja jatuhin lukisan kamu. Terus ekhem!" Saga menghentikan ucapanya. Melihat kembali wajah Jenna yang tetap datar. Ah tidak, satu alis Jenna sedikit terangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENNA ✓
Teen Fiction[Completed] Jenna, terlihat layaknya gadis pada umumnya. Tapi tidak, bagi yang paham cerita hidupnya. Dingin. Tidak tersentuh. Wajah cantiknya tidak pernah tampak dengan ekspresi. Tatapannya kelam, membuat Saga sering tenggelam kedalamnya. Kenyat...