Happy reading.
Hening, UKS sudah sepi hanya menyisakan Jenna yang belum juga siuman dan Saga yang tidur menyamping menghadap Jenna. Mereka berada diranjang terpisah yang bersisihan. Sementara petugas UKS yang berjaga duduk di tempat terpisah, di ruangan bagian depan UKS. Berjaga-jaga siapa tau siswa yang sakit memerlukan bantuan, sekalian berjaga siapa tau ada kejadian yang tidak diinginkan, siapa tau.
PMR sempat menyiapkan dua gelas teh manis hangat dan minyak angin yang mereka taruh di meja samping ranjang. Satu gelas sudah kosong dan satunya masih penuh. Tentu saja gelas kosong itu milik Saga. Saga haus karena lelah berakting.
"Teh manis nya Jenna boleh gue minum gak ya?" gumam Saga, Saga masih haus ia butuh lebih banyak tenaga untuk memandang Jenna, karena sedari tadi jantungnya berdetak hebat hanya karena memandang Jenna yang terlihat semakin cantik di saat tertidur, ah pingsan maksudnya. Saga tidak mau melewatkan moment berharga dan langka seperti ini.
"Gue minum aja deh, Jenna gak bakal tau juga." Saga duduk dan meraih gelas yang masih terisi penuh itu, bertepatan saat bibir Saga menempel gelas minum mata Jenna perlahan-lahan mulai terbuka. Jenna siuman. Saga terkejut dan menaruh kembali teh manis yang diperuntukan untuk Jenna.
"Untung belum gue minum." Saga mengelus dada.
"Saga.." ucap Jenna. Saga terkejut, ia memfokuskan pandangannya pada gadis yang masih berada diposisi berbaring itu. Jenna memanggil namanya, Jenna memanggil Saga bahkan saat Jenna baru saja siuman. Bolehkan Saga merasa bangga sejenak.
"I... iya?" Saga gugup bukan main.
"Tolong." suara Jenna lirih, Saga bahkan hampir tidak mendengarnya. Dan jujur saja Saga sedikit tidak yakin jika Jenna memang mengatakan kata 'tolong' padanya. Oh ayolah dia Jenna mana mungkin kan, atau memang mungkin?
"Tolong apa?" tanya Saga bingung sekaligus memastikan.
Tak ada jawaban. Mungkin Saga memang salah dengar tapi Jenna terlihat mencoba duduk namun gagal karena tubuh nya yang lemas dan kepalanya yang terasa berputar. Pada akhirnya Saga paham dan bergegas membantu Jenna duduk. Ternyata Jenna benar-benar minta tolong, ah Saga jadi menyesal karena ragu-ragu tadi, tapi jangan salahkan dia karna salah siapa Jenna mengatakan nya dengan suara pelan, pikirnya.
"Makasih." ucap Jenna. Sungguh lagi-lagi Saga dibuat salah tingkah dengan semua kata yang keluar dari mulut Jenna.
"Hehe iya." ucap Saga sembari menggaruk tengkuknya.
Jenna sepertinya sedang error pikir Saga, apakah ini termasuk pikiran negatif atau positif? Entah negatif atau positif Saga sedikit-banyak suka Jenna dengan kondisi sekarang.
Bukan maksud Saga senang karena Jenna terbaring sakit, Saga tentu saja sedih dan tidak tega melihat gadis itu menderita. Hanya saja sikap Jenna saat dalam keadaan seperti ini membuat Jenna terlihat lebih manusiawi.
Jenna meraih gelas disampingnya dan meneguk isinya setengah. Jantung saga kembali tidak karuan. Jenna minum dibekas bibir saga, jadi mereka... ciuman??
Sreett!!
Tubuh Saga terlonjak, tirai yang menutupi mereka berdua terbuka membuat Saga terkejut setengah mati karena tirai disibakan dengan tidak santai, ditambah Saga yang sedang melamunkan kejadian ciuman lewat gelas tadi. Semuanya jadi buyar. Pelaku penyibakan tirai itu adalah pak Jali, pria paruh baya itu menampakan wajah cemas.
Saga heran setau Saga pria ini adalah sopir pribadi Jenna jadi untuk apa kemari. Tapi lain dengan Jenna yang memasang wajah tanpa ekspresi, datar. Karena mungkin ekspresi Jenna memang hanya itu saja. Tapi tetap cantik dimata Saga.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENNA ✓
Ficção Adolescente[Completed] Jenna, terlihat layaknya gadis pada umumnya. Tapi tidak, bagi yang paham cerita hidupnya. Dingin. Tidak tersentuh. Wajah cantiknya tidak pernah tampak dengan ekspresi. Tatapannya kelam, membuat Saga sering tenggelam kedalamnya. Kenyat...