37.Tugas Matematika.

119 14 0
                                    


"Kemana aja lo?" tanya Rimba dengan raut heran. Pasalnya Saga baru masuk kekelas saat pergantian jam pelajaran. Saga melewatkan satu jam pelajaran setelah istirahat.

"Ketiduran di wc," jawab Saga asal.

"Pantes lo bau tai."

"Emang iya?" tanya Saga sembari mencium badannya sendiri.

"Ya enggak lah, bego! Dih, balik dari wc kok jadi makin bego."

"Lebih bego lo ketimbang gue," jawab Saga sembari menimpuk kepala Rimba menggunakan buku tulisnya.

"Bule ooohhh bule! Darimana aja lo?"

"Ni orang-orang kenapa pada nyariin gue sih? Gue abis dari wc, ketiduran. Kenapa?"

"Tadi ada yang salah masuk ke kelas kita loh!!" ucap Rian dengan wajah girang nya.

Saga memasang wajah tidak peduli, paling guru seni budaya yang memang sering salah masuk kelas.

"Pak Arif?"

"No no no, bukan Pak Arif. Mau tau?"

Saga mengangguk.

"Mau tau aja apa mau tau banget?"

Saga mendengus kesal dan melempar buku tulisnya kearah Rian. Membuat Rian tertawa terbahak bersama beberapa teman lainnya.

"Tadi Jenna salah masuk ke kelas kita," ucap Diana yang ikut sebal dengan tingkah Rian.

Saga dibuat terkejut dengan itu. Jenna? Salah masuk kelas? Jenna bukan tipe yang sembarangan melangkah, maksudnya, ini adalah Jenna si cerdas dan pandai.

"Bingung kan? Sama, gue juga. Gue tebak sih itu cuma alasan doi aja. Gue yakin dia kesini buat nyari lo. Lo kemana aja sih!"

Saga menghela napas lelah, ini sudah ketiga kali teman sekelasnya menanyakan keberadaan Saga satu jam tadi.

"Gue di wc, ketiduran."

"Lo kok nggak keliatan girang? Lemes amat. Abis ngapain aja sih di wc, bisa sampe ketiduran. Capek banget ya?" ucap Rimba dengan tawa mengejeknya. Membuat pemuda itu mendapati jitakan maut dari Diana.

"Lo kudu gue cuci otaknya sumpah! Kotor banget!"

"Loh kenapa, Di? Nanti kalo ingatan aku tentang kamu ikut kecuci gimana?"

"Basi!"

"Lo pindah ke bangku gue sana! Gue pengin duduk sama Bule! Awas!!" Rimba berdecak sebal, tapi ia tetap menurut. Ia pindah ke tempat duduk Diana yang sebangku dengan Udin.

Guru mapel akhirnya masuk kekelas, mereka bersiap dengan alat tulis masing-masing termasuk Saga.

"Lo abis nangis, kan?" ucapan Diana menghentikan gerakannya membalik lembaran buku paket.

"Pak Anwar, kaya biasanya kasih gue hukuman buat rapihin buku-buku diperpustakaan yang berantakan. Padahal tadi gue nggak bermaksud buat kabur, sumpah! Gue cuma pengin liat pemandangan dari atas tembok aja. Lo percaya sama gue kan?"

Saga mengangguk, kebiasaan Diana yang doyan bolos memang tidak bisa diragukan lagi. Dan gadis itu juga penuh dengan alasan tidak masuk akal.

"Terus pas gue lagi rapihin buku dibagian pojok belakang, gue nggak sengaja liat kalian berantem."

Saga memilih diam, matanya pura-pura fokus membaca tulisan dibuku paket. Diana menghela napas panjang. Ia yakin Saga marah, sedih dan kecewa. Itu hak pemuda itu.

"Lo percaya nggak kalo gue bilang Alega maksa Jenna buat ciuman?"

Braakk!!

"Anjing! Astaghfirullah!!" Diana mengelus dada nya pelan. Sementara Saga menegakkan tubuhnya, ikut terkejut karena dilempari penghapus papan tulis.

JENNA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang