18.Midnight

181 20 0
                                    

Happy reading:)
.
.
.
.
.
.


"Nak Saga" panggil pria paruh baya yang tiba-tiba muncul dibelakangnya.

Saga menoleh dan membenarkan posisi berdirinya. Menghentikan sejenak kegiatannya mengepel lantai.

"Iya pak, ada apa?" kedua tangannya masih setia menggenggam batang pel -an.

"Yang lain mana?" mata pria itu melihat sekeliling rumah makan yang sepi.

"Ah--itu pak, mereka pulang duluan," Saga mengusap tengkuknya pertanda ia gugup. Sedikit. Ia tau bagaimana respon pak Nugroho --selaku pemilik rumah makan tempat Saga bekerja setelah mendengar jawaban darinya.

Pria itu menghela nafas panjang, "Mereka pikir saya nggak tau sama kelakuan mereka. Udah saya bilangin masih aja begitu kelakuannya. Sangat tidak bertanggung jawab! Mereka disini untuk bekerja bukan bermalas-malasan apalagi melimpahkan tugas mereka pada orang lain."

Saga hanya mampu terdiam sembari menunduk.

Ini sudah kedua kalinya dalam sebulan, Pak Nugroho menemukan rumah makan dibersihkan hanya oleh Saga seorang.

Saga selalu mendengar amarah pak Nugroho karena ketidakbecusan karyawannya dalam bekerja.

Mereka --karyawan Pak Nugroho pasti tidak tau jika pemilik rumah makan ini akan datang berkunjung. Maklum saja karena Pak Nugroho lebih sering di luar kota karena sedang membangun cabang baru warung makannya.

"Perlukah saya datang setiap hari agar mereka menjadi rajin. Sayangnya saya tidak tega untuk memecat mereka tiba-tiba. Biarkan besok saya kembali memberi tau mereka. Jika masih sama, terpaksa mereka akan benar-benar saya pecat," keluh pak Nugroho yang setia didengarkan oleh Saga.

*

Saga telah rampung mengerjakan tugasnya. Meja sudah bersih karena ia lap dan lantai juga sudah mengkilap.

Waktunya Saga pulang. Kini ia tengah duduk sendirian menunggu ojek online pesanannya didepan tempat ia bekerja. Untung saja masih ada yang beroperasi dijam semalam ini.

Saga melihat ke pergelangan tangannya. Jam menunjukan pukul 10 malam. Saga menunduk lesu. Ia pasti akan dimarahi bunda lagi seperti biasanya. 

"Nak..." seseorang menepuk bahunya.

"Eh iya pak. Ada apa? Apa ada yang ketinggalan belum saya kerjakan? Kalo iya--"

Pak Nugroho menggeleng sambil terkekeh kecil, "Oh tidak, saya justru suka hasil kerja kamu. Selalu bersih dan rapi."

Saga mengangguk pelan. Bingung mau menjawab apa. Alhasil Saga hanya menunduk menatap ujung sepatunya.

"Kamu pasti capek ya?" tanyanya sambil menepuk pundak Saga pelan.

"Lumayan pak," ucap Saga masih dengan posisinya.

"Kenapa tidak fokus sekolah saja? Kenapa kamu harus bekerja? Apa ada yang menyuruh kamu untuk bekerja, Nak?" tanya pria yang sekarang sudah duduk disamping Saga.

Saga segera menoleh dan menggeleng keras, "Nggak ada. Ini kemauan saya sendiri pak."

"Kenapa? Apa tidak capek pulang sekolah harus langsung bekerja? Kamu juga masih kelas 2 SMA kan?"

JENNA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang