Happy reading.
Saga sudah berada didepan mobil yang Pak Jali maksud namun pak Jali ternyata tidak berada di sana. Saga berusaha membuka pintu mobil belakang, namun Saga kesulitan karena dia sedang menggendong Jenna.
Dari arah belakang pak Jali berlari kecil menghampiri mereka, akhirnya orang yang ditunggu datang juga, Saga menghela napas lega.
"Nunggu lama ya?" ucap Pak Jali, Saga menggeleng tegas.
"Buka pintunya, Pak."
Pak Jali bergegas membuka pintu belakang. Namun Saga belum juga meletakan Jenna kedalam mobil membuat pak Jali mengernyit bingung.
"Pak?" panggil Saga dengan muka sedikit memelas.
"Saya ikut Jenna pulang ya, Pak. Saya mau temenin Jenna." Lanjut Saga membuat pak Jali bingung harus apa.
"Aduh gimana ya kamu kan harus sekolah."
"Hari ini saya bolos aja, sehari bolos nggak akan bikin saya dikeluarin dari sekolah, saya juga yang akan jelasin ke orang tua Jenna jika mereka menolak saya. Setidaknya saya sudah mencoba," ucap Saga dengan raut wajah yakin. Pak Jali dibuat tambah bingung sekaligus takjub, jadi harus bagaimana ini.
Pak Jali rasa remaja cowok di depannya ini benar-benar tulus menyukai Nona Jenna. Sampai pemuda itu tampak bodoh dengan memilih menemani Jenna daripada sekolah. Entahlah, dilihat dari cara Saga memperlakukan Jenna bahkan cara Saga menatap Jenna terlihat seperti Jenna adalah satu-satunya, dunia laki-laki itu ada pada Jenna.
"Pak, tolong...." Saga memohon, Saga sudah hampir putus asa terlihat dari raut wajahnya yang khawatir bercampur panik.
Kenapa? Kenapa sampai sepanik itu, begitu berharga kah Nona Jenna bagi remaja itu? Apa yang Nona Jenna lakukan? Tidak mungkin laki-laki yang tengah menggendong Nona Jenna itu hanya menyukai paras cantik majikan nya. Ya, pak Jali pikir nona Jenna bahkan hanya mampu memperlihatkan satu ekspresi yang sebenarnya tidak bisa disebut ekspresi. Apakah datar masuk kategori ekspresi manusia? Pak Jali pikir tidak.
Lalu apakah sifat? Nona Jenna bahkan terlampau datar, sifatnya terlalu dingin, selalu terkesan bodoamat. Nona Jenna itu seperti robot. Siapa yang suka sifat seperti Nona Jenna, laki-laki akan lebih tertarik pada gadis yang ramah dan mudah didekati. Spesies manusia seperti Nona Jenna tentu tak akan mudah didekati bahkan hampir tidak bisa.
Jadi apa?
"Baiklah masuk, nanti biar saya hubungi guru BK agar hari ini kamu diberi surat ijin tidak masuk sekolah." ucap Pak Jali sebagai keputusan yang diambil. Lama berpikir membuat otaknya panas.
Saga tersenyum lega kemudian bergegas meletakan Jenna di jok belakang dan Saga yang duduk disamping Jenna menyangga agar tubuh Jenna tidak jatuh atau terjungkal.
Selama perjalanan Saga diam memperhatikan Jenna yang kembali tak kunjung sadar, sudah jelas jika gadis itu memang tidak sedang tertidur, Jenna pingsan lagi.
Saga tidak keberatan bahunya harus pegal karena menjadi bahan untuk bersandar. Tiba-tiba fokus Saga teralih pada hidung Jenna yang mengeluarkan darah.
"Pak, saya minta tisu, Jenna mimisan!" ucap Saga, Pak Jali bergegas menggapai kotak tisu di dashboart mobil dan memberikannya pada Saga.
Saga menarik tisu dua kali dengan gerakan cepat dan mengelap darah yang keluar dari hidung Jenna perlahan. Setelah sudah dipastikan darah tidak kembali keluar dari hidung Jenna, cowok itu menghela nafas lega.
"Saga." panggil Pak Jali dengan tangan yang fokus menggerakan kemudi, sesekali melihat cermin persegi panjang yang tergantung di atas untuk melihat lawan bicaranya.

KAMU SEDANG MEMBACA
JENNA ✓
Ficção Adolescente[Completed] Jenna, terlihat layaknya gadis pada umumnya. Tapi tidak, bagi yang paham cerita hidupnya. Dingin. Tidak tersentuh. Wajah cantiknya tidak pernah tampak dengan ekspresi. Tatapannya kelam, membuat Saga sering tenggelam kedalamnya. Kenyat...