Happy reading guys:)
....."Saga itu temen apa adek gue sebenernya? Perkara dia galau aja jadi urusan gue, sialan."
~Rimbaka
•
•
•
•
•"Oyy!!"
Saga tidak terkejut, ia justru berdecak kesal. Ayolah, ini masih pagi ia benar-benar sedang tidak ingin diganggu apalagi oleh gadis berpenampilan preman yang tadi mencoba membuatnya terkejut.
Gadis itu duduk dibangku kosong disebelahnya, karena sipemilik tempat duduk memang belum berangkat.
"Lesu amat, Bang. Lagi galau ya? Mau eneng temenin nggak?" Ucapnya genit yang Saga tau pasti itu dibuat-buat.
Saga kembali mendengus kesal kemudian menatap sinis gadis disampingnya.
"Masih pagi, Diana. Jangan ganggu gue."
"Ah Bang Bule nggak asik, masa eneng diusir!" Alih-alih mengerucutkan bibirnya, Diana malah memonyongkan bibirnya tanda ia kesal, meniru gadis-gadis kebanyakan. Tapi sekali lagi itu benar-benar hanya akting. Bukannya terlihat imut, gadis itu justru terlihat seperti kartun bebek kuning. Malah masih mending bebeknya.
Saga tidak merespon, ia hanya diam dengan arah pandangan keluar pintu kelas. Menampakan siswa-siswi yang lalu lalang yang kebanyakan masih membawa tas tanda mereka baru saja sampai disekolah dan menuju kelasnya masing-masing.
Beberapa siswa sekelas nya juga terlihat baru saja berangkat. Termasuk cowok perawakan tinggi lumayan kekar dengan rambut sedikit gondrong acak-acakan sampai menyentuh telinga, membuatnya sering berurusan dengan guru BK.
"Eh Bang Rimba udah berangkat." Diana berdiri mempersilahkan Rimba untuk duduk.
"Bang Rimba?" Rimba mengerutkan dahinya. Sejak kapan Diana mau memanggilnya dengan sebutan Abang?
Merasa ada yang salah, Rimba menempelkan punggung tangannya didahi gadis itu.
"Lo sakit?"
Tapi Rimba menggeleng cepat, "Nggak, nggak. Lo kan nggak bisa sakit ya, Di. Lo pasti ketempelan."
Diana menepis tangan Rimba didahinya dengan sekali tebas, "Sialan! Gue sehat!"
"Nah, ini baru Diana." Tak peduli dengan ekspresi kesal Diana, Rimba melangkah menuju kursinya, menaruh tas dan duduk menyandarkan punggungnya dibadan kursi.
Sementara Diana tetap berada disana, duduk membelakangi papan tulis dan menghadap Rimba.
"Temen lo tuh." Diana menunjuk Saga menggunakan dagunya. Rimba menoleh sejenak kearah Saga yang tengah menelungkupkan wajahnya diantara lipatan tangan cowok itu.
"Kenapa emangnya dia?"
Diana mengangkat bahu, "Gak tau. Galau kali dicuekin doinya."
"Doinya dia kan emang cuek, terus modelan cuek yang kaya gimana lagi? Mau Saga terjun bebas juga tetep gitu-gitu aja." Jawaban Rimba diangguki oleh Diana. Ya betul juga, Jenna kan emang udah versinya begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENNA ✓
Roman pour Adolescents[Completed] Jenna, terlihat layaknya gadis pada umumnya. Tapi tidak, bagi yang paham cerita hidupnya. Dingin. Tidak tersentuh. Wajah cantiknya tidak pernah tampak dengan ekspresi. Tatapannya kelam, membuat Saga sering tenggelam kedalamnya. Kenyat...