36.Sakit tak berdarah.

113 15 0
                                    


"Ekhem... Pagi, Jenna!" Saga menyengir lebar. Sementara yang disapa memilih pergi meninggalkan pemuda itu.

"Eh, kamu masih marah ya?"

"Maaf ya, Jenna. Aku bener-bener keterlaluan kemaren. Tapi nggak lagi-lagi kok! Janji!"

Menunjukan jari kelingkingnya dihadapan Jenna. Jenna hanya menatap sekilas. Kemudian beralih menatap mata Saga yang cemerlang.

"Besok datang kerumah."

"Hah?"

Saga berdiri mematung dengan jari kelingking yang masih ia angkat. Jenna memilih melanjutkan perjalanannya menuju kelas. Setelah sadar dari keterkejutannya, Saga berbalik dan menyusul Jenna.

"Aku nggak salah denger?"

Saga mensejajarkan posisi nya dengan Jenna, mengikuti langkah gadis itu yang santai namun terkesan cepat.

"Kamu suruh aku main kerumah? Kamu mau kita ngapain?"

"Anu... Maksudnya... Tumben aja kamu yang ngajak."

Jenna berhenti didepan pintu kelasnya, Saga reflek ikut berhenti.

"Ketemu Papa."

"Oke!!"

Setelah mendengar jawaban Saga, Jenna memilih masuk kekelasnya.

"Tunggu... Papa? Papa nya Jenna?"

"Woyy!! Ngapain lo ngelamun didepan pintu, ati-ati kesurupan!"

Saga mengusap dadanya setelah mendengar teriakan Doni si pemuda cantik. Doni masih menggendong tas nya, tanda pemuda itu juga baru berangkat.

Saga mengendus bahu Doni, membuat pemuda itu melangkah menjauh dan reflek ikut mencium bahunya sendiri.

"Kenapa?" tanya Doni dengan wajah bingung.

"Bau kejombloan lo makin pekat!"

"Sialan! Nggak usah nyindir ya, kita nggak kenal!"

Doni mendengus, pemuda itu memilih berbalik berniat masuk kekelasnya. Tapi tubuhnya lebih dulu menabrak seseorang dengan keras.

"Aww! Ati-ati dong!"

"Eh maaf-maaf, nggak sengaja!" Doni menunduk berniat membantu gadis yang jatuh terduduk.

"Nggak usah! Gue bisa sendiri."

Gadis itu berdiri, ia mendengus kasar sembari menatap Doni dengan sinis. Yang ditatap begitu justru memasang wajah bersalah.

"Diana? Tumben lo berangkat pagi," ucap Saga dengan dahi berkerutnya.

"Kenapa! Nggak boleh?"

"Gue minta maaf, nggak sengaja sumpah," ucap Doni yang masih merasa tak enak hati.

"Iya iya, maaf lo kebanyakan, lebaran masih lama," jawab Diana dengan nada sinis. Alami nada gadis itu. Doni hanya mampu meringis sembari menggaruk kepala belakangnya.

Diana menatap Doni dari atas sampai bawah dengan dahi berkerut, membuat yang ditatap jadi salah tingkah.

"Kok lo cewek pake seragam cowok? Emang boleh ya? Waktu itu gue pake seragam cowok malah dimarahin guru BK."

Doni melotot kearah Diana, sementara Saga tertawa terbahak mendengar ucapan polos Diana.

"GUE COWOK!! Siapa yang bilang kalo gue ini cewek! Jangan asal nuduh ya!"

Diana tersentak mendengar nada tinggi Doni. Suaranya jelas terdengar seperti suara laki-laki. Sedikit berat dan serak disaat yang bersamaan.

"Ya maap! Makanya itu rambut diganti gayanya. Jangan dibikin gondrong! Nggak cocok! Muka kaya lo itu cocoknya undercut atau kalo nggak cepak aja sekalian. Ya minimal pendekin lah. Biar keliatan cowok!"

JENNA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang