48.Kencan

102 11 2
                                    


"Kamu pengin nonton film apa, Jenna?"

"Terserah," singkat Jenna.

Saga akhirnya mengangguk pelan, "Aku nggak tau kamu suka film genre apa, tapi kayaknya genre aksi cocok buat kita tonton. Eh jangan, ngga romantis buat kita yang lagi ngedate ... Mmm ... ada yang romance sih tapi dark romance. Kamu mau kita nonton itu?" Saga mengusap tengkuknya sembari menyengir lebar pada Jenna.

Gadis itu hanya diam, Jenna hampir tidak pernah menonton film. Hanya sekali dua kali saat Ira mengajaknya menonton di sekolah lewat ponsel atau laptop teman sebangkunya itu. Tapi bukan berarti Jenna tidak tau berbagai genre dalam film. Membaca, buku adalah segala informasi untuknya.

Jadi, mendengar Saga menawarkan film bergenre Dark Romance padanya tentu Jenna menolak dengan gelengan pelan. Pose sensual peran utama di sampul film tersebut sudah jelas menggambarkan jenis film seperti apa ini.

"Film ini ada mafia nya," bisik Saga. Bibir pemuda itu hampir menyentuh telinga Jenna jika saja gadis itu tidak reflek bergeser menjauh.

"Siapa tau bisa buat inspirasi hubungan kita kedepannya, Jenna."

"Itu film dewasa," jawab Jenna datar, sedatar ekspresinya.

Mendengar jawaban Jenna, bukannya merasa bersalah, Saga justru tertawa kecil sembari mengelus tangan Jenna.

"Film itu." Jenna menunjuk sampul film bergambar ikan berwarna biru.

Pandangan Saga mengikut arah telunjuk Jenna.

"Kartun?" Jenna mengangguk sebagai jawaban dari keheranan Saga.

Saga awalnya mengerutkan keningnya, sedikit tidak setuju. Sejujurnya, jika Jenna tidak mau menonton film dewasa itu, ia ingin mengajak Jenna menonton film aksi saja. Saga suka film dengan banyak adegan perkelahian. Tapi apa boleh buat, Jenna yang meminta. Pemuda itu akhirnya tersenyum lebar mengiyakan permintaan sang pujaan hati.

"Oke! Ayo kita nonton ikan!" Seru Saga sembari menarik tangan Jenna untuk ikut antri membeli tiketnya.

Tangan kanannya yang terus digenggam Saga tidak membuat Jenna keberatan. Tangan besar itu hangat dan kuat. Genggaman yang tegas, menggambarkan jika Jenna adalah milik pemuda itu. Obsesi yang Saga berikan padanya lebih menyenangkan daripada obsesi yang Alega berikan padanya dulu hingga kini. Jenna tanpa ragu membalas genggaman itu dengan lembut. Perpaduan yang pas.

Selama menonton film, seperti umumnya Jenna, gadis itu hanya fokus pada layar didepannya tanpa ekspresi apapun bahkan untuk sekedar tersenyum pada adegan yang lucu. Berbeda dengan Saga yang amat ekspresif saat menonton film. Pemuda itu bahkan hampir menangis saat ikan biru yang masih bayi itu tersesat dan mencari orangtuanya.

Saga sesekali mengajak Jenna berbicara sambil berbisik karena takut mengganggu penonton lain. Saga tidak masalah Jenna tidak merespon ucapannya, karena sudah jadi wataknya jika Jenna tidak suka diganggu ketika sedang fokus, bahkan jika itu hanya menonton film ikan biru.

Saga terus memberikan usapan lembut pada tangan Jenna yang pemuda itu genggam sedari mengantri tiket. Rasanya lembut dan sedikit terasa dingin. Tangan hangat Saga tentu bisa membuat gadis itu nyaman. Jenna tidak protes. Jenna ternyata mendengarkan ucapannya soal bergandengan tangan agar mereka terlihat layaknya pasangan.

"Filmnya bagus, kamu nggak salah pilih," ucap Saga sembari berjalan menjauh dari area bioskop.

"Dia pelupa tapi sepertinya memori yang dia punya lebih banyak dari ikan lain, dia mengelilingi lautan sampai ke karantina ikan, ketemu manusia demi bisa bertemu orangtuanya. Ah gimana kalo aku coba kaya dia?"

JENNA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang