.............................................
"Tidak semua hal harus dipamerin. Ada beberapa yang lebih baik jika disimpan sendiri."
.............................................
Cekrek
Cekrek
Keduanya reflek menoleh kearah pintu kelas, Jenna dengan wajah biasanya dan Saga dengan wajah terkejutnya.
"Aduh, di silent dulu dong!"
"Ya maap, mana gue tau kalo bakal bunyi."
Itu Ira dan beberapa siswa sains satu, dan terlihat bertambah banyak menyusul dibelakangnya.
Mereka rupanya telah selesai menikmati makan siang traktiran dari Jenna. Beberapa dari mereka cengengesan melihat pemandangan langka dua sejoli itu.
Saga berdehem pelan dan memperbaiki posisi nya. Ia memilih berdiri disamping Jenna yang sekarang terlihat tengah melanjutkan mengerjakan soal.
"Jadi kita ditraktir satu kelas biar kalian bisa berduaan disini toh. Haduh, mana mesra banget lagi, hampir.... " Putri mengerucutkan jari-jari tangan kanan dan kirinya, kemudian menempelkan kedua ujungnya.
Mereka kompak tertawa kecil. Saga melotot, ia mengibaskan tangannya dihadapan mereka.
"Eh?! Jangan salah paham, kita nggak... "
"Sssttt... Udah Saga, gak usah cari alesan. Kita paham kok." Putri menyengir lebar.
Saga menghela napas cepat, rasanya percuma ia menjelaskan pada mereka. Jadi ia diamkan saja.
"Eh tapi Ga, kemaren lo beneran mau bunuh diri? Please ya, apapun masalah lo jangan pernah kepikiran buat ngelakuin hal sebodoh itu." Saga mengerutkan keningnya mendengar ucapan siswa yang lumayan akrab dengannya.
"Gue nggak... "
"Lo bisa cerita ke temen lo kalo ada masalah. Jangan segan buat minta bantuan ke orang lain, Saga."
Saga menggeleng keras, "Lo salah paham. Gue nggak pernah punya niatan buat bunuh diri. Siapa yang bilang?"
Lawan bicaranya menatap bingung kearah Saga.
"Kata temen lo, kemaren dia kesini bilang gitu ke kita." Timpal yang lain memasang wajah sama bingungnya.
Saga mendengus kesal. Ia mengusap rambutnya kebelakang kemudian berkacak pinggang.
Saga tidak habis pikir, manusia menyebalkan mana yang dengan sembarangan memfitnah orang lain dengan fitnah keji macam ini. Saga yang malu, asal kalian tau saja. Mau ditaruh mana muka Saga.
"Denger ya, gue nggak pernah punya niatan buat bunuh diri, siapapun orangnya jelas-jelas dia fitnah gue, itu hoax. Jadi, gak usah percaya sama rumor itu okey. Gue yang malu asal lo tau aja. Gimana kalo fitnah keji ini nyampe ketelinga guru? Bisa-bisa gue diruqyah sama Pak Aris. Tapi makasih kalian udah mau peduli."
"Kita ditipu dong? Kok gampang banget kita percaya?" Ucap Putri sedikit tidak terima.
Saga terkekeh, "Kalian kan emang gampang ditipu."
Mereka menatap Saga dengan wajah garang. Saga hanya mengangkat bahu acuh, itu hanya sedikit fakta sains satu yang ia ketahui.
Saga beralih dari mereka. Ia menunduk memandangi Jenna yang terlihat tidak terganggu oleh perdebatan kecil disekitarnya.
"Yaudah aku balik ke kelas ya, Jenna. Makasih banyak buat hadiah nya."
Saga tersenyum tulus pada Jenna dan melangkah pergi dengan sedikit berlari keluar kelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
JENNA ✓
Fiksi Remaja[Completed] Jenna, terlihat layaknya gadis pada umumnya. Tapi tidak, bagi yang paham cerita hidupnya. Dingin. Tidak tersentuh. Wajah cantiknya tidak pernah tampak dengan ekspresi. Tatapannya kelam, membuat Saga sering tenggelam kedalamnya. Kenyat...