9.Lukisan

295 24 10
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca:)

Happy reading guys

Setelah sesi tanya jawab antara Saga dan Dokter Reno, Dokter umur 40 tahun yang masih terlihat jelas aura ketampanan nya ditambah sifat ramah yang Saga suka. Saga diijinkan menjenguk Jenna yang kebetulan masih ada Dokter Reno disana. Mereka berkenalan dan siapa yang menyangka mereka akrab dengan cepat. Dokter itu juga dengan senang hati membagi beberapa fakta tentang Jenna yang baru ia ketahui.

Kini Saga sedikit tau banyak mengenai Jenna juga kondisi fisiknya. Saga mengingatnya sebagai "Informasi penting tentang Jenna".

Seperti fakta Jenna yang memiliki imun tubuh yang lemah, mudah sakit jika kelelahan. Rutinitas minum obat dan vitamin yang harus Jenna jalani.

Orang tua Jenna yang selalu sibuk pada pekerjaannya masing-masing. Orang penting dengan jabatan tinggi yang hampir setiap bulan berpindah-pindah tempat bukan hanya kota bahkan negara.

Jenna yang selalu tinggal sendirian dirumah. Hanya bersama pelayan, sopir pribadi, satpam dan masih banyak lagi. Para pekerja yang diharuskan bersikap formal didepan majikannya, Jenna. Tak mau bersikap sok akrab pada Jenna, karena memang respon Jenna yang begitu-begitu saja.

Terkecuali Pak Jali mungkin. Karena Pak Jali memang ikut keluarga Jenna lebih lama dari pada pekerja yang lain. Jenna sudah dianggap seperti anaknya sendiri.

Miris ketika Saga membayangkan bagaimana kesepian nya Jenna berada dirumah bak istana ini sendirian, tidak ada teman untuk ia ajak berbicara mengenai kesehariannya, tidak ada tawa karena sebuah candaan receh antar keluarga.

Berbeda dengan Saga ketika dipanti, mereka terbiasa bercerita satu sama lain mengenai hal apapun. Ruang kumpul keluarga yang selalu ramai oleh gelak tawa karena banyak anak panti yang pandai membuat lelucon. Ia jadi rindu Bunda dan anak-anak panti.

Okay, kembali ke Jenna,

Jenna juga suka diam-diam melewatkan jadwal nya minum obat dan vitamin. Gadis itu memang agak bandel kata sang dokter.

"Jenna akan baik-baik saja, dia sedang istirahat, sebentar lagi pulih."

Saga mengangguk pelan, meyakinkan hati kecilnya untuk yakin bahwa gadis yang terlelap dengan wajah pucat itu akan baik-baik saja.

"Kalau begitu saya tinggal dulu, masih ada urusan di rumah sakit. Sudah ada perawat yang sedia kalau Jenna siuman." Saga kembali mengangguk.

"Dia gadis yang kuat. Jangan terlihat khawatir didepannya. Dia tidak akan suka. Bersikaplah biasa saja seakan-akan dia Jenna si gadis normal yang dingin. Walaupun sebenarnya Jenna tidak sedingin seperti yang orang-orang katakan." Dokter Reno terkekeh pelan kemudian berlalu meninggalkan Saga, tidak lupa menepuk bahu Saga pelan mencoba membuat Saga tegar.

Sepi, ruangan yang mirip ruang rawat inap dirumah sakit ini tampak hening. Saga duduk terpaku pada Jenna yang belum juga siuman. Saga melirik infus yang terpasang cantik di tangan kiri gadis tersebut.

"Gimana kamu mau punya imun kuat kalo hidup kamu aja kayak gini," ucap Saga tanpa balasan.

"Orang bilang, kunci sehat itu bahagia. Tapi... liat kamu senyum aja aku nggak pernah." Saga mengelus tangan Jenna yang terpasang infus.

"Berjanjilah untuk jangan pergi. Aku akan buat kamu tertawa. Aku janji!" kecupan lembut mendarat di punggung tangan Jenna.

Tok tok...

Saga menoleh ke arah pintu,

"Den Saga."

"Saga aja, Bibi." Saga memotong ucapan pelayan yang berdiri di ambang pintu.

JENNA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang