Jangan lupa vote sebelum membaca:)
Happy reading
❄
Saga membuka pintu perlahan, sudah terlalu malam. Saga tidak mau membangunkan saudara-saudaranya yang Saga pastikan mereka pasti sudah tidur.
Sudah menjadi peraturan jam 9 malam semuanya harus tidur. Bunda paling tidak suka anak-anaknya begadang.
"Saga, kenapa baru pulang nak," ucap Bunda mendekati Saga yang menghentikan langkahnya sembari menyengir menghadap Bunda.
"Itu mm—tadi Saga gantiin tugas karyawan lain dulu," Bunda mendengus pelan sembari menggelengkan kepala.
"Sudah yang keberapa kali bunda bilangin-"
"Cuman sebentar kok. Bunda gak usah khawatir. Saga niatnya bantu temen."
"Saga...bunda tau niat kamu bagus, tapi kamu harus liat kondisi juga. Ini udah malem, besok kamu sekolah. Harusnya kamu istirahat yang cukup," Bunda mengelus kepala Saga lembut penuh perhatian.
"Bukan satu dua kali kamu gantiin tugas mereka. Oke, kamu niatnya baik bantu mereka. Tapi bunda khawatirnya mereka justru manfaatin kamu nak. Itu tanggung jawab mereka tapi kamu yang ngerjain."
"Tapi mereka bilang lagi buru-buru terus ada juga yang lagi gak enak badan. Mereka minta bantuan jadi aku bantu," Saga mencoba menjelaskan agar Bundanya tidak khawatir. Karena sungguh, Saga tidak apa-apa dimintai bantuan oleh mereka.
Pada akhirnya Bunda hanya bisa menghela nafas pasrah. Mau bagaimana lagi, "Yasudah sekarang kamu mandi terus makan ya, udah Bunda siapin," Saga mengangguk dan melangkah pergi menuju kamarnya.
Panti asuhan 'Bunga Peduli' lumayan luas. Terlebih donasi yang rutin mengalir satu tahun terakhir yang baru Saga tau jika itu dari Jenna.
Membuat panti asuhan ini memiliki fasilitas yang lebih dari cukup.
Terdapat 7 kamar yang berisi dua tempat tidur. Penghuni nya sendiri ada 11 orang termasuk Bunda.
10 anak malang yang ditinggal orangtuanya dan 1 orang yang mengasuh mereka penuh kasih sayang.
Saga satu kamar dengan Dio. Laki-laki yang satu tahun lebih muda darinya. Cowok jenius, kutu buku dan berkacamata. Dio bahkan mendapatkan beasiswa sepenuhnya dari sekolah karena ke jeniusannya. Tak heran jika banyak piala atau mendali yang terpampang dilemari ruang tamu karena beberapa kali memenangkan mendali.
Tapi Dio tetap rendah hati, tidak sombong dan rajin menabung.
Lupakan tentang Dio. Sekarang Saga tengah mengerjakan tugas setelah selesai makan malam tadi.
Berkali-kali Saga menggarukan kepalanya karena tidak paham bagaimana cara mengerjakan soal matematika dihadapannya.
Terpikir olehnya untuk membangunkan Dio, tapi Saga urungkan. Tadi sore pasti Dio yang menggantikan tugas Saga di panti. Mencuci piring misal.
Saga tidak mau merepotkan adiknya lagi.
Jadi Saga harus bagaimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
JENNA ✓
Novela Juvenil[Completed] Jenna, terlihat layaknya gadis pada umumnya. Tapi tidak, bagi yang paham cerita hidupnya. Dingin. Tidak tersentuh. Wajah cantiknya tidak pernah tampak dengan ekspresi. Tatapannya kelam, membuat Saga sering tenggelam kedalamnya. Kenyat...