33.Noah si Tuan Lavend.

125 18 2
                                    


Ini hari minggu. Jenna bukan tipe yang hari libur berarti libur semua kegiatan. Jenna akan tetap bangun pagi. Biasanya memulai hari dengan berkeliling santai dihalaman belakang, kemudian mandi, sarapan, dan belajar. Hingga tidak sadar hari telah berganti.

Tapi untuk hari ini, Jenna bangun saat merasakan elusan pelan dikepalanya. Sesuatu yang aneh karena ia tidak pernah mengijinkan siapapun untuk melakukan kontak fisik dengannya apalagi saat ia tengah tidur. Dan ini masih terlalu pagi untuk bangun. Jenna membuka mata dengan cepat dan tangannya reflek menepis tangan yang terus mengusap kepalanya. Tidak kena, sepertinya tangan itu menghindar dan Jenna bisa mendengar suara tawa rendah.

Jenna reflek duduk dan mendapati seseorang duduk ditepi ranjangnya dengan senyuman lebar khas pria itu.

"Papa?"

Pria itu mengangguk, dan meraih tubuh Jenna untuk dipeluk. Pelukan yang lembut dan hangat.

"Morning, sweetheart. Oh goddess! I miss you so much."

Noah mengelus kepala Jenna dan mengecup kening gadis itu dengan penuh cinta. Sedangkan Jenna masih dengan sikap diamnya. Merasa sedikit aneh karena tiba-tiba Noah ada dirumah. Tapi pada akhirnya ia membalas pelukan orang tuanya itu.

"Sejak kapan?"

"Tadi malam."

"Mama?"

"Dia tidak ikut. Dan sepertinya ada sesuatu yang harus dijelaskan tentangnya. Tapi sebelum itu. Bagaimana jika kita sarapan terlebih dahulu."

Jenna mengangguk, menerima uluran tangan Noah. Membawa keduanya ke meja makan. Biasanya Jenna akan berjalan santai dihalaman belakang sebelum sarapan. Tapi hari ini ia memilih sarapan dahulu. Dengan Noah, pria yang ia sebut Papa. Noah masih tampak seperti seorang pemuda daripada seorang ayah yang anaknya sudah kelas 2 SMA. Wajah tampan, tegas dan berkharisma itu pernah membuat geger wali murid seangkatannya pada masanya. Mengingat itu, Jenna jadi teringat Ira yang selalu menanyakan Noah.

"Papa?"

"Yes, Princess?"

"Semester ini, bisakah Papa mengambil raport ku?"

Noah tampak berpikir. Jenna sepertinya tau maksud dari ekspresi Noah. Pria itu pastilah memikirkan bisnisnya, apakah ada yang bisa ditinggal hanya untuk mengambil raport anaknya?

"Kapan?"

"Bulan depan."

"Mmm... Papa tidak tau. Tapi akan Papa pikirkan lagi nanti."

Mereka sarapan dengan hening. Para pelayan sepertinya terlihat lebih rapi dan sigap menyiapkan semuanya. Chef rumah juga sepertinya lebih banyak memasak menu makanan daripada biasanya. Terlebih para pelayan, mereka menunduk lebih dalam dari biasanya. Yah, Jenna paham betul. Itu selalu terjadi jika Noah pulang kerumah. Pria itu bahkan hanya diam namun aura mencekam seperti menyelimuti rumah megah ini. Mungkin, ditambah fakta tentang pekerjaan pria itu, membuat Noah tampak jauh lebih seram.

Selesai sarapan, Noah menyuruh anak gadisnya untuk membersihkan diri. Noah akan menunggu diruang kerjanya. Jenna sempat bertanya dalam hati, kenapa pria itu tidak menyuruhnya mandi dulu kemudian sarapan? Noah memang suka melakukan semua seenaknya.

Jenna mengetuk pintu ruang kerja Noah. Dan membukanya pelan saat ayahnya itu menyuruhnya masuk.

"Kamu cantik, Princess. Persis seperti Selena."

Jenna mengerutkan kening, "Siapa Selena, Papa?"

Jenna tau nama belakangnya terdapat kata Selena. Tapi ia pikir itu hanya sekedar nama. Cara Noah mengatakannya tadi, jelas jika Selena itu adalah bentuk seseorang. Bukan arti kata itu yang berarti 'Bulan'.

JENNA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang