21. AKHIR DAN AWAL CERITA

995 89 2
                                    

Hallow, i'm comeback 💖💖💖

Absen sini dulu sebelum baca👉

Selamat membaca semoga suka, aamiin🤗💖





Pada paragraf ini
Aku benar-benar mengikhlaskanmu.

_Elgar Adhiyaksa
•••🦋•••





1 vote + komen kalian semangatku!!!

_Elgar Adhiyaksa•••🦋••••••••1 vote + komen kalian semangatku!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bel pulang sekolah berbunyi lima menit yang lalu. Siswa-siswi berhamburan keluar kelas membuat koridor berisik karena langkah kaki mereka.

Ariel melirik Excel yang tengah asyik berbincang dengan Elgar saat dia berjalan melewati meja yang beberapa jam lalu masih ia duduki. Ariel mendesis mengkal sebelum akhirnya pergi meninggalkan kelas.

"Cel, sekarang, ya!" Elgar menatap Excel meyakinkan gadis itu.

"Tap-"

"Cel, ya?!"

"Bismillah, doain gue, El." Excel beranjak mengambil tas sekolahnya lalu pergi meninggalkan Elgar sendiri di dalam kelas.

Elgar menatap punggung Excel yang semakin kecil . Mengembuskan napas gusar. "Mama, sakit."

Elgar mengelap cairan bening yang entah sejak kapan sudah berderai membasahi pipinya. Sakit rasanya mengikhlaskan orang yang masih kita sayang harus bersanding dengan orang lain, apalagi sahabat sendiri. Tapi Elgar juga tidak mau egois, cowok itu sadar diri, ini semua karena kesalahan yang ia lakukan tiga tahun lalu. Harusnya dulu dia bilang ke Excel bukan langsung menghilang.

"Hebat!" Seseorang menepuk pundak Elgar pelan membuat cowok itu mendesis, kemudian menengok ke belakang dan melihat Atlas duduk di kursi Afghan.

Atlas tersenyum membuat Elgar tidak suka, dia tidak suka orang lain melihat dirinya rapuh, bahkan Mama yang melahirkan dirinya juga tidak pernah melihat dirinya bersedih barang sedetikpun. Cowok itu sangat pandai menyimpan lukanya sendiri.

"Gue salut sama lo, El."

"Gu... gue, kenapa?" tanya Elgar gelagapan.

"Butuh temen cerita?" tawar Atlas masih dengan tatapan yang sama.

"Nggak, terimakasih," tolak Elgar mentah-mentah.

"Alesan lo?"

"Gue nggak pengen cerita."

"Bukan itu."

Abriel dan Excel | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang