38. RETAKNYA KEPERCAYAAN

590 47 2
                                    

Hallow. Gimana kabar kalian?

Vote, komen, share. Vren!!!

Selamat membaca 💖💖

1vote + komen kalian semangatku!!!

"Val, besok udah masuk sekolah, jalan yuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Val, besok udah masuk sekolah, jalan yuk. Tapi agak siangan, gimana mau?"

"Yahhh, gue mau drakoran. Besok kan masuk sekolah, kalo sekarang keluar, capek, Riel."

"Oh... yaudah gue tutup teleponnya, ya?"

"Eh... iya, iya. Sorry ya, Riel."

"Nggak masalah, kemarin-kemarin juga udah keluar buat main terus, 'kan? Sekarang lo istirahat, jangan kebanyakan nonton drakor, Val. Kesehatan mata lo dijaga."

"Iya sayang. Bye, Riel." Excel mengakhiri sambungan teleponnya dengan Ariel, kemudian gadis itu mendesis.

Elgar yang berada di sebelahnya tiba-tiba menatap dirinya dengan tatapan penuh luka.

"Cel, kenapa bohong?"

Excel mengelap keringat yang menetes dari dahinya. "Gue nggak mau lo ribut sama Ariel, El."

Iya, Excel berbohong. Gadis itu sejak pagi sekali sudah diam-diam pergi dari rumah lewat jendela kamarnya. Dia sudah berjanji dengan Elgar akan menemani cowok itu pergi berziarah ke makam Mama.

Setelah berziarah, Elgar sudah berniat mengantar gadis itu untuk pulang. Tapi, bukan Excel jika langsung menurut. Seperti biasa, gadis itu tidak mau langsung pulang. Elgar yang awalnya berusaha keras merayu Excel agar mau diantarkan pulang itu menyerah dengan keras kepalanya gadis itu.

Bohong kalau Elgar tidak bahagia bisa pergi bersama Excel. Tapi, dia cukup sadar diri. Excel tidak bisa dia dapatkan lagi, sekuat apapun dia berjuang. Tapi, bolehkan Elgar berjuang sekali lagi untuk mendapatkan hati gadis yang dicintainya?

Saat ini kedua remaja dengan pakaian serba hitam itu tengah berada di taman kencana indah.

"Cel, mau naik ayunan nggak?" tanya Elgar dengan tangan sudah memegang tali ayunan.

"Nggak mau ah, takut jatuh." Excel menggelengkan kepala dengan senyum merekah menghiasi wajahnya.

"Kan ada gue. Gue nggak akan biarin lo terluka, jadi gimana, mau nggak? Gue yang dorong, lo tinggal duduk."

Alih-alih menjawab, Excel yang awalnya tengah duduk di bangku taman beranjak menghampiri Elgar kemudian mendaratkan pantatnya di kursi ayunan.

"Udah siap, Lili?" tanya Elgar semangat.

Excel yang mendengar itu refleks menengok ke belakang -- menatap wajah Elgar yang dihiasi bulan sabit. "El-"

"Nggak apa-apa kan, gue panggil Lili?" potong cowok itu dengan senyum masih menghiasi wajahnya.

Abriel dan Excel | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang