Part masih lengkap
"Berdiri di sampingku, dan kita ciptakan bahagia bersama."
Ini adalah kisah Abriel dan Excel, dua sahabat yang terikat tantangan gila untuk menutupi luka yang teramat gila. Tantangan yang sudah berjalan tiga tahun lamanya.
Abriel...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gue sayang lo, Riel. Tapi maaf gue harus pergi."
Langit cerah karena sinar matahari tengah senang-senangnya memanggang kota Jakarta. Excel, gadis dengan kardigan pink itu melangkahkan kakinya menuju jalan raya depan gedung perlombaan Lomba Cerdas Cermat.
Sedari semalam dia dibuat bimbang, antara harus mempertahankan dan menetap di sini bersama Ariel -- sahabat sekaligus kekasihnya, atau dia harus menepati janjinya untuk pergi meninggalkan kota ini, karena perjanjian yang sudah gadis itu buat dengan sang mama.
Sebuah taxi tepat berhenti di depannya, ketika dia melambaikan tangan di pinggir jalan.
"Maaf, Riel," ucap Excel parau, kemudian masuk ke dalam taxi di hadapannya.
Duduk di kursi belakang dengan ponsel di tangannya, gadis itu memberitahu kemana tujuannya pada seorang pria baya yang tengah mengemudikan taxi.
RegaLol
|Gue mau ke Malang Haha
|Serius? |Entar gue traktir kalo beneran |Gue ajak nonton konser sama temen-temen gue😘
|Jijik banget emot lo, Kak
|Ciee manggil gue Kak😘🤪
|Bodo, entar kenalin gue sama temen-temen lo awas aja kalo sampe bohong😠
|Serius mau kesini? Kalo serius gue mau bolos kuliah
|Dih, ngapain bolos
|Mau jemput adik gue lah😘
|Lo percaya gue mau ke Malang?🤣 |GUE BERCANDA HAHAHAHA
|Kebiasaan😠 |Sini entar gue ajarin jadi playgirl biar pro😘
|Sorry, gue udah tobat😠 |Kapan2 gue ke Malang tungguin okeyyy😍
Senyum tipis terbit begitu saja di wajah Excel. Gadis itu menggelengkan kepalanya ketika selesai mengirimkan balasan chat pada Regal, anak tunggal bundanya -- Sandrina.
"Gue bakal bikin lo kena serangan jantung saat lihat gue udah ada di rumah Bunda, haha."
Excel keluar dari chat room dengan Regal dan beralih ke chat room Ariel. Gadis itu mengembuskan napas panjang, tidak mau niatnya untuk pergi dari kota ini runtuh, dia segera mematikan ponselnya kemudian memasukkan ke dalam saku seragamnya.