16. PAGI BERSAMA PAPA

874 87 0
                                    

Hallow i'm comeback

Absen sini👉

Udah follow akun wattpad ini belum? Kalau belum follow dulu ya, biar nggak ketinggalan info update!!

Follow akun Instagram wp_ayaaa juga, disana banyak spoiler tentang Abriel dan Excel

Selamat membaca semoga suka, aamiin.






Menurutku Ayah adalah cinta pertama anak perempuan yang tak akan mengkhianati apalagi menyakiti anaknya.

_Excelita Valerynsha
•••🦋•••





1vote + komen kalian semangatku!!!

_Excelita Valerynsha•••🦋••••••••1vote + komen kalian semangatku!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam beranjak semakin tinggi. Bintang-gemintang pamer terang. Bulan separuh terlihat memesona. Suasana meja makan riuh dengan ocehan Sandra. Papa yang baru pulang duduk di meja makan dengan Cecil di sampingnya.

"Kamu itu jangan terlalu manjain, Excel. Pa."

"Lihat sekarang dia udah kayak anak nggak punya masa depan. Mama nggak mau Excel ngikutin jejak kamu!"

Mama menatap remeh Papa. "Ngikutin jejak kamu sama aja ngehancurin masa depan. Kamu itu cuma pekerja biasa, cuma bawahan, pulang jarang tapi bayaran nggak seberapa. Percuma Excel sekolah tinggi kalo ujungnya ngikut jejak kamu!"

"Mama udah capek nasehatin dia, capek ngasih motivasi ke dia, capek nyuruh belajar dia."

"Mama udah capek, Pa. Tiap hari bukannya prestasi malah masalah mulu yang didapat."

"Mama juga capek denger keluhan guru-guru tentang kelakuan anak gak tahu diri itu," adu Sandra pada suaminya.

Papa hanya diam. Pria paruh baya itu tahu persis jika omongan Sandra dibantah justru akan menjadi-jadi.

Excel yang baru pulang tidak berniat sama sekali untuk masuk, gadis dengan mata hitam legam dan bulu mata lentik itu hanya berdiri di ambang pintu. Hatinya lagi-lagi sakit ketika mamanya sendiri mengatakan itu. Excel juga tidak mau dilahirkan, kalau Excel bisa memilih lebih baik dia tidak lahir daripada membuat mamanya capek.

Excel sudah berusaha buat dapat nilai bagus, dia sudah belajar tapi otaknya terlalu mini untuk menampung banyaknya materi. Excel prustasi karena setiap dia belajar tidak ada materi yang masuk sama sekali, hingga membuat gadis itu menyerah dan bodoamat soal nilai.

Papa yang menyadari keberadaan Excel langsung memanggil putrinya, membuat Cecil yang berada di samping Papa mendengus kesal.

Tidak ada pilihan lain selain melangkahkan kakinya masuk, Papa sudah terlanjur mengetahui dirinya.

Excel masuk berjalan menuju meja makan, menatap Mama yang juga menatapnya. Gadis itu menghamburkan tubuhnya kepelukan Papa. Papa tersenyum senang melihat kondisi putrinya baik-baik saja, hanya dengan begini kerinduan selama hampir satu tahun itu terbayar.

Abriel dan Excel | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang